Qom, Iran (ANTARA) - Ketua Komisi Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional di Parlemen Iran, Mojtaba Zolnouri, mengatakan tindakan Amerika Serikat memasuki wilayah tersebut akan dihilangkan hanya dengan memotong tangan mereka oleh rakyat.
Ia menambahkan bahwa setelah kekalahan di semua jalur, AS berusaha menciptakan ketegangan di negara regional dengan mengobarkan perang lunak.
Ketika berbicara setelah Khutbah Shalat Jumat di Qom, Zolnouri mengatakan AS salah menggunakan gelombang ketidakpuasan di Irak dan Lebanon untuk mencapai sasarannya.
Ia mengatakan Iran mengetahui fakta bahwa tangan kotor Arab Saudi, Zionis dan sisa rejim Ba'ath di Irak menaja peristiwa itu, demikian laporan Kantor Berita Iran, IRNA --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.
Mereka, ia menambahkan, berusaha menerapkan rencana mereka sebelum upacara Arbaeen tapi mereka tak bisa menciptakan pertentangan di kalangan rakyat Iran dan Irak.
Zolnouri juga mengatakan rakyat Lebanon dan Irak telah mencapai kematangan politik dan akan mempertahankan sikap waspada mereka.
Di bagian lain pernyataannya, ia menunjuk kepada klaim yang berkaitan dengan terbunuhnya pemimpin Da'esh (ISIS) Abu Bakr Al-Baghdadi, dan mengatakan itu tak berarti AS memburu pembunuhan anggota ISIS.
ISIS dan Takfiri bukan gerakan bawah tanah, partisan, dan tentara rahasia, tapi di Suriah dan Irak mereka menguasai banyak wilayah, kamp, dan garnisun, katanya.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Irak bereaksi terhadap berita yang berkaitan dengan kematian Al-Baghdadi, dan mengatakan terbunuhnya Osama bin laden --yang tidak membuat kelompok gerilyawan terguling-- kematian Al-Baghdadi juga takkan mengakhiri ideologi ISIS.
Baik kematian Osama maupun kematian Al-Baghdadi dipandang bukan sebagai akhir aksi teror tapi juga hanya mengakhiri satu babaknya, tulis Ali Rabiei di akun Twitter.
Kematian hanyalah lambang tapi itu sekarang berkembang dengan kebijakan AS, petrodolar regional dan ditampilkan oleh ideologi Takfiri, ia menambahkan.
Ia menyerukan penggulingan ketiga sumber itu guna mengeringkan rawa pengayom aksi teror.
Sumber: IRNA
Ia menambahkan bahwa setelah kekalahan di semua jalur, AS berusaha menciptakan ketegangan di negara regional dengan mengobarkan perang lunak.
Ketika berbicara setelah Khutbah Shalat Jumat di Qom, Zolnouri mengatakan AS salah menggunakan gelombang ketidakpuasan di Irak dan Lebanon untuk mencapai sasarannya.
Ia mengatakan Iran mengetahui fakta bahwa tangan kotor Arab Saudi, Zionis dan sisa rejim Ba'ath di Irak menaja peristiwa itu, demikian laporan Kantor Berita Iran, IRNA --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.
Mereka, ia menambahkan, berusaha menerapkan rencana mereka sebelum upacara Arbaeen tapi mereka tak bisa menciptakan pertentangan di kalangan rakyat Iran dan Irak.
Zolnouri juga mengatakan rakyat Lebanon dan Irak telah mencapai kematangan politik dan akan mempertahankan sikap waspada mereka.
Di bagian lain pernyataannya, ia menunjuk kepada klaim yang berkaitan dengan terbunuhnya pemimpin Da'esh (ISIS) Abu Bakr Al-Baghdadi, dan mengatakan itu tak berarti AS memburu pembunuhan anggota ISIS.
ISIS dan Takfiri bukan gerakan bawah tanah, partisan, dan tentara rahasia, tapi di Suriah dan Irak mereka menguasai banyak wilayah, kamp, dan garnisun, katanya.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Irak bereaksi terhadap berita yang berkaitan dengan kematian Al-Baghdadi, dan mengatakan terbunuhnya Osama bin laden --yang tidak membuat kelompok gerilyawan terguling-- kematian Al-Baghdadi juga takkan mengakhiri ideologi ISIS.
Baik kematian Osama maupun kematian Al-Baghdadi dipandang bukan sebagai akhir aksi teror tapi juga hanya mengakhiri satu babaknya, tulis Ali Rabiei di akun Twitter.
Kematian hanyalah lambang tapi itu sekarang berkembang dengan kebijakan AS, petrodolar regional dan ditampilkan oleh ideologi Takfiri, ia menambahkan.
Ia menyerukan penggulingan ketiga sumber itu guna mengeringkan rawa pengayom aksi teror.
Sumber: IRNA