Depok (ANTARA) - Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Irandi Putra Pratomo, Ph.D, Sp.P penyakit Tuberkulosis (TB) bukan hanya menyerang paru-paru tetapi juga organ tubuh lainnya.
"Semua organ tubuh bisa kena TB misalnya ginjal, otak, leher dan dilipat paha serta juga tulang," kata Irandi dalam paparannya pada acara bincang sehat bertajuk 'Saatnya Saya Peduli untuk Keluarga Bebas Tuberkulosis (TB)' di RSUI Depok, belum lama ini.
Menurut dia, penyakit TB yang bukan paru gejalanya sulit diketahui dan harus dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Dikatakannya kalau penyakit TB paru bisa disembuhkan enam bulan maka TB selain paru bisa mencapai 12 bulan.
"Masa penyembuhannya juga lebih lama dibandingkan dengan penyakit TB paru," katanya.
Baca juga: Perilaku Hidup Bersih Sehat Bisa Cegah TB
Untuk itu Irandi mengingatkan masyarakat agar memeriksakan diri ke dokter jika mengeluhkan berbagai kesehatan agar bisa cepat ditangani oleh dokter.
Lebih lanjut Irandi mengatakan penyakit TB paru menular melalui udara seperti batuk dan siapapun di manapun dapat tertular tanpa memandang usia.
Masyarakat yang rawan tertular resiko penyakit TB adalah HIV/AIDS, perokok, pengguna narkoba, alkohol, diabetes, dan juga penderita gizi buruk.
"Namun orang sehat yang imunnya turun juga bisa tertular penyakit TB," katanya.
Untuk itu ia berharap masyakat lebih peduli terhadap pencegahan penyakit TB dan apabila mengidap penyakit TB maka perlu mendapat pengobatan secara teratur.
"Penyakit TB bisa disembuhkan dengan pengobatan secara teratur," katanya.
Ia juga berharap pemerintah terus mendukung pengobatan bagi masyarakat yang menderita penyakit TB.
Sementara itu Dr. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp. mengatakan pengobatan penderita TB perlu dukungan keluarga agar penderita merasa nyaman. "Keluarga merupakan poin penting dalam pengobatan TB," ujarnya.
LIa mengakui masyarakat banyak yang memberikan stigma buruk mengenai penyakit TB tersebut, sehingga banyak penderita TB yang enggan berobat ke dokter.
"Perlu masyarakat yang ramah TB sehingga penderita tak malu-malu berobat ke dokter," ujarnya.
Baca juga: Penyakit kanker dan tumor otak miliki perbedaan klinis
"Semua organ tubuh bisa kena TB misalnya ginjal, otak, leher dan dilipat paha serta juga tulang," kata Irandi dalam paparannya pada acara bincang sehat bertajuk 'Saatnya Saya Peduli untuk Keluarga Bebas Tuberkulosis (TB)' di RSUI Depok, belum lama ini.
Menurut dia, penyakit TB yang bukan paru gejalanya sulit diketahui dan harus dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Dikatakannya kalau penyakit TB paru bisa disembuhkan enam bulan maka TB selain paru bisa mencapai 12 bulan.
"Masa penyembuhannya juga lebih lama dibandingkan dengan penyakit TB paru," katanya.
Baca juga: Perilaku Hidup Bersih Sehat Bisa Cegah TB
Untuk itu Irandi mengingatkan masyarakat agar memeriksakan diri ke dokter jika mengeluhkan berbagai kesehatan agar bisa cepat ditangani oleh dokter.
Lebih lanjut Irandi mengatakan penyakit TB paru menular melalui udara seperti batuk dan siapapun di manapun dapat tertular tanpa memandang usia.
Masyarakat yang rawan tertular resiko penyakit TB adalah HIV/AIDS, perokok, pengguna narkoba, alkohol, diabetes, dan juga penderita gizi buruk.
"Namun orang sehat yang imunnya turun juga bisa tertular penyakit TB," katanya.
Untuk itu ia berharap masyakat lebih peduli terhadap pencegahan penyakit TB dan apabila mengidap penyakit TB maka perlu mendapat pengobatan secara teratur.
"Penyakit TB bisa disembuhkan dengan pengobatan secara teratur," katanya.
Ia juga berharap pemerintah terus mendukung pengobatan bagi masyarakat yang menderita penyakit TB.
Sementara itu Dr. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp. mengatakan pengobatan penderita TB perlu dukungan keluarga agar penderita merasa nyaman. "Keluarga merupakan poin penting dalam pengobatan TB," ujarnya.
LIa mengakui masyarakat banyak yang memberikan stigma buruk mengenai penyakit TB tersebut, sehingga banyak penderita TB yang enggan berobat ke dokter.
"Perlu masyarakat yang ramah TB sehingga penderita tak malu-malu berobat ke dokter," ujarnya.
Baca juga: Penyakit kanker dan tumor otak miliki perbedaan klinis