Purwokerto (ANTARA) - Sekitar 500 seniman ebeg atau kuda lumping dari 27 kecamatan se-Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar atraksi tarian ebeg massal dengan tema Mendem Jokowi di Lapangan Glempang, Kelurahan Bancarkembar.
Pergelaran tarian massal yang digelar Minggu siang hingga sore hari itu merupakan bentuk rasa syukur dan sukacita seniman ebeg atas rencana pelantikan pasangan Joko Widodo/KHMa'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden periode mendatang.
"Kegiatan kesenian ini merupakan sosialisasi untuk menjaga konsistensi para pendukung Jokowi/Ma'ruf agar situasi di Kabupaten Banyumas tetap damai," kata Ketua Pelaksana Mendem Jokowi yang juga Pembina Paguyuban Ebeg Banyumas (Pakumas) Suherman.
Selain untuk menyolidkan kembali para pendukung Jokowi/Ma'ruf dan wadah silaturahmi bagi seniman ebeg, lanjut dia, kegiatan tersebut juga ditujukan untuk menyikapi pro-kontra yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
"Kita dari kalangan seniman Banyumas, juga cintai damai," ujar dia yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Temanggung ajukan sertifikat Indikasi Geografis kesenian kuda lumping
Ia mengatakan tarian ebeg massal yang diiringi musik tradisional serta diikuti penari dari berbagai komunitas ebeg se-Kabupaten Banyumas itu juga diisi pidato dan ajakan kepada warga yang hadir untuk bersama-sama menjaga kondusivitas di Banyumas, khususnya di lingkungan masing-masing.
Melalui kegiatan tersebut, kata dia, pihaknya berupaya meluruskan berbagai informasi membingungkan masyarakat, salah satunya berkaitan dengan adanya gerakan yang ingin menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden tersebut.
"Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf Amin sudah terpilih secara konstitusional, sehingga harus dijaga bersama," kata politikus senior PDI Perjuangan Kabupaten Banyumas itu.
Ia mengharapkan dengan berkesenian, dapat ikut mendamaikan dan meredam situasi yang dalam beberapa waktu terakhir sempat tegang karena warga Banyumas sangat menjunjung kedamaian dan guyub rukun.
Oleh karena itu jika ada perbedaan sikap dan pandangan, kata dia, tetap harus bisa dipahami serta saling menghormati dan menghargai. "Bukan sebaliknya, membuat kegaduhan, keribukan, apalagi sampai anarkis dan konflik berkepanjangan," katanya.
Terkait dengan makna Mendem Jokowi, Suherman mengatakan dalam bahasa Banyumas hal itu dapat diartikan sebagai mabuk kepayang atau cinta kepada Jokowi.
Pergelaran tarian massal yang digelar Minggu siang hingga sore hari itu merupakan bentuk rasa syukur dan sukacita seniman ebeg atas rencana pelantikan pasangan Joko Widodo/KHMa'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden periode mendatang.
"Kegiatan kesenian ini merupakan sosialisasi untuk menjaga konsistensi para pendukung Jokowi/Ma'ruf agar situasi di Kabupaten Banyumas tetap damai," kata Ketua Pelaksana Mendem Jokowi yang juga Pembina Paguyuban Ebeg Banyumas (Pakumas) Suherman.
Selain untuk menyolidkan kembali para pendukung Jokowi/Ma'ruf dan wadah silaturahmi bagi seniman ebeg, lanjut dia, kegiatan tersebut juga ditujukan untuk menyikapi pro-kontra yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
"Kita dari kalangan seniman Banyumas, juga cintai damai," ujar dia yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Temanggung ajukan sertifikat Indikasi Geografis kesenian kuda lumping
Ia mengatakan tarian ebeg massal yang diiringi musik tradisional serta diikuti penari dari berbagai komunitas ebeg se-Kabupaten Banyumas itu juga diisi pidato dan ajakan kepada warga yang hadir untuk bersama-sama menjaga kondusivitas di Banyumas, khususnya di lingkungan masing-masing.
Melalui kegiatan tersebut, kata dia, pihaknya berupaya meluruskan berbagai informasi membingungkan masyarakat, salah satunya berkaitan dengan adanya gerakan yang ingin menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden tersebut.
"Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf Amin sudah terpilih secara konstitusional, sehingga harus dijaga bersama," kata politikus senior PDI Perjuangan Kabupaten Banyumas itu.
Ia mengharapkan dengan berkesenian, dapat ikut mendamaikan dan meredam situasi yang dalam beberapa waktu terakhir sempat tegang karena warga Banyumas sangat menjunjung kedamaian dan guyub rukun.
Oleh karena itu jika ada perbedaan sikap dan pandangan, kata dia, tetap harus bisa dipahami serta saling menghormati dan menghargai. "Bukan sebaliknya, membuat kegaduhan, keribukan, apalagi sampai anarkis dan konflik berkepanjangan," katanya.
Terkait dengan makna Mendem Jokowi, Suherman mengatakan dalam bahasa Banyumas hal itu dapat diartikan sebagai mabuk kepayang atau cinta kepada Jokowi.