Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengeluhkan sulitnya membesarkan usaha kuliner atau restoran makanan Indonesia di luar negeri.
Dalam acara Bincang Bareng Bekraf di Jakarta, Jumat, Kepala Bekraf itu menjelaskan bahwa tidak banyak pengusaha kuliner yang sudah sukses di Indonesia yang mau melakukan ekspansi atau mengembangkan bisnisnya ke luar negeri.
"Selama ini kalau saya bicara, ayo dong makanan Indonesia tidak pernah kelihatan eksistensinya di luar negeri. Ternyata bukan karena tidak punya modal, tidak ada pelaku yang mau dan mampu membuka di luar negeri," kata Kepala Bekraf Triawan Munaf.
Ayah dari penyanyi sekaligus musisi Sherina Munaf, itu mengungkapkan bahwa Bekraf masih terus menggali potensi restoran Indonesia yang bisa sukses di luar negeri dan mampu mendatangkan devisa negara.
Menurut dia, tantangan pengembangan sektor kuliner hingga ke luar negeri ada pada pelaku industri itu sendiri. Pelaku usaha kuliner seringkali hanya puas memiliki cabang restoran di dalam negeri.
"Restoran-restoran besar Indonesia kalau kami ajak buka di luar, 'kita satu negara dulu aja'. Tantangannya bukan kami tidak mau, tetapi tidak ada sampai saat ini orang yang punya ambisi membesarkan kuliner Indonesia di luar negeri," kata dia.
Ada pun kuliner merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang berada di bawah kebijakan Bekraf. Sektor lainnya yaitu bidang aplikasi dan gim developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta tv dan radio.
Kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB pada 2018 tercatat mencapai Rp1.102 triliun dan pada tahun ini ditargetkan bisa meningkat hingga Rp1.200 triliun. Sedangkan kontribusi ekspor ekonomi kreatif mencapai 20 miliar dolar AS, sub sektor penyumbang pertama adalah fesyen (54,54 persen), kriya (39,01 persen), dan kuliner (6,31 persen).
Dalam acara Bincang Bareng Bekraf di Jakarta, Jumat, Kepala Bekraf itu menjelaskan bahwa tidak banyak pengusaha kuliner yang sudah sukses di Indonesia yang mau melakukan ekspansi atau mengembangkan bisnisnya ke luar negeri.
"Selama ini kalau saya bicara, ayo dong makanan Indonesia tidak pernah kelihatan eksistensinya di luar negeri. Ternyata bukan karena tidak punya modal, tidak ada pelaku yang mau dan mampu membuka di luar negeri," kata Kepala Bekraf Triawan Munaf.
Ayah dari penyanyi sekaligus musisi Sherina Munaf, itu mengungkapkan bahwa Bekraf masih terus menggali potensi restoran Indonesia yang bisa sukses di luar negeri dan mampu mendatangkan devisa negara.
Menurut dia, tantangan pengembangan sektor kuliner hingga ke luar negeri ada pada pelaku industri itu sendiri. Pelaku usaha kuliner seringkali hanya puas memiliki cabang restoran di dalam negeri.
"Restoran-restoran besar Indonesia kalau kami ajak buka di luar, 'kita satu negara dulu aja'. Tantangannya bukan kami tidak mau, tetapi tidak ada sampai saat ini orang yang punya ambisi membesarkan kuliner Indonesia di luar negeri," kata dia.
Ada pun kuliner merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang berada di bawah kebijakan Bekraf. Sektor lainnya yaitu bidang aplikasi dan gim developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta tv dan radio.
Kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB pada 2018 tercatat mencapai Rp1.102 triliun dan pada tahun ini ditargetkan bisa meningkat hingga Rp1.200 triliun. Sedangkan kontribusi ekspor ekonomi kreatif mencapai 20 miliar dolar AS, sub sektor penyumbang pertama adalah fesyen (54,54 persen), kriya (39,01 persen), dan kuliner (6,31 persen).