Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membina objek wisata yang hanya mengandalkan selfie atau swafoto dengan sasaran kaum milineal supaya tetap bertahan dengan banyak bermunculannya objek wisata yang sama.
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras di Kulon Progo, Rabu, mengatakan wisata swafoto dalam beberapa tahun jadi tren bersamaan dengan maraknya penggunaan media sosial (medsos).
"Berswafoto dan di-upload di medsos menjadi kebanggaan tersendiri. Terlebih kaum milenial akan memburu objek wisata tertentu sebagai pengalaman yang dibanggakan," kata Niken.
Ia mengatakan di Kulon Progo banyak bermunculan seperti itu baik yang dikelola oleh masyarakat maupun swasta. Yang dikhawatirkan adalah tren itu bisa berubah seiring dengan persaingan materi atraksi yang sama di beberapa wilayah.
Untuk itu, Dinas Pariwisata Kulon Progo sedang membangkitkan atau menggali budaya lokal yang diharapkan memiliki kekhasan yang diminati wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan cara itu, ia berharap lama tinggal (length of stay) wisatawan lebih lama, tidak hanya swafoto, kemudian selesai pulang. Misal, kata dia, dikembangkan paket one day, bisa metik teh, mengolah, menyeduh, menyajikan, meminum ala lokal dan menikmati tarian setempat.
"Kalau dua hari, bisa ditambah dengan menikmati sun rise, off road, belajar menari, belajar gamelan, belajar membatik. Dengan demikian homestay laku, kuliner laku, oleh-oleh juga laku," katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pendampingan terhadap peningkatan produk wisata, paket wisata yang ditawarkan, hingga perbaikan fasilitas di desa wisata. Dinas Pariwisata, kata dia, juga mulai melakukan standarisasi toilet atau kamar mandi.
"Kami mulai berbenah, khususnya fasilitas kamar mandi. Ini kunci utama keberhasilan pelayanan dan pengelolaan dalam melayani wisatawan mancanegera," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kulon Progo Sari Wulandari mengatakan saat ini ada tren, objek wisata di kawasan pegunungan Bukit Menoreh menjadi tujuan wisatawan mancanegara.
"Wisatawan mancanegara itu suka sesuatu yang menantang seperti di objek-objek wisata di wilayah utara, beda dengan objek wisata yang di selatan karena bersifat umum atau mass tourism," kata Sari.
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras di Kulon Progo, Rabu, mengatakan wisata swafoto dalam beberapa tahun jadi tren bersamaan dengan maraknya penggunaan media sosial (medsos).
"Berswafoto dan di-upload di medsos menjadi kebanggaan tersendiri. Terlebih kaum milenial akan memburu objek wisata tertentu sebagai pengalaman yang dibanggakan," kata Niken.
Ia mengatakan di Kulon Progo banyak bermunculan seperti itu baik yang dikelola oleh masyarakat maupun swasta. Yang dikhawatirkan adalah tren itu bisa berubah seiring dengan persaingan materi atraksi yang sama di beberapa wilayah.
Untuk itu, Dinas Pariwisata Kulon Progo sedang membangkitkan atau menggali budaya lokal yang diharapkan memiliki kekhasan yang diminati wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan cara itu, ia berharap lama tinggal (length of stay) wisatawan lebih lama, tidak hanya swafoto, kemudian selesai pulang. Misal, kata dia, dikembangkan paket one day, bisa metik teh, mengolah, menyeduh, menyajikan, meminum ala lokal dan menikmati tarian setempat.
"Kalau dua hari, bisa ditambah dengan menikmati sun rise, off road, belajar menari, belajar gamelan, belajar membatik. Dengan demikian homestay laku, kuliner laku, oleh-oleh juga laku," katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pendampingan terhadap peningkatan produk wisata, paket wisata yang ditawarkan, hingga perbaikan fasilitas di desa wisata. Dinas Pariwisata, kata dia, juga mulai melakukan standarisasi toilet atau kamar mandi.
"Kami mulai berbenah, khususnya fasilitas kamar mandi. Ini kunci utama keberhasilan pelayanan dan pengelolaan dalam melayani wisatawan mancanegera," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kulon Progo Sari Wulandari mengatakan saat ini ada tren, objek wisata di kawasan pegunungan Bukit Menoreh menjadi tujuan wisatawan mancanegara.
"Wisatawan mancanegara itu suka sesuatu yang menantang seperti di objek-objek wisata di wilayah utara, beda dengan objek wisata yang di selatan karena bersifat umum atau mass tourism," kata Sari.