Bandarlampung (ANTARA) - Taman satwa Lembah Hijau, Lampung sebagai lembaga konservasi menyatakan siap untuk merawat dan mengembangbiakkan harimau sumatera Batu Ampar "Batua" yang mengalami cacat akibat jerat.

"Kami siap untuk merawat harimau tersebut untuk keperluan pelestarian satwa tersebut," kata Komisaris Utama PT Lembah Hijau M Irwan Nasution, di Bandarlampung, Jumat.

Ia menyebutkan untuk mengembangkan biakkan harimau tersebut, pihaknya telah menjalin nota kesepahaman / MoU.

(MoU) dengan taman satwa Taru Jurug Solo, Jawa Tengah untuk mendatangkan harimau betina.

"Secara administrasi kita juga urus ke Kementerian, BKSDA, dan lembaga terkait lainnya," ujarnya
  
Hal tersebut, lanjut dia, agar terjadi peningkatan populasi harimau sumatera dengan cara mengawinkan harimau jantan dan betina.

Selain itu, menurut dia, keberadaan hewan carnivora tersebut untuk mengedukasi masyarakat, pelajar, mahasiswa di Provinsi Lampung mengingat untuk melihat harimau sumatera harus pergi ke kebun binatang atau taman satwa yang ada di Pulau Jawa.

"Dengan adanya harimau sumatera "Batua" di taman satwa Lembah Hijau diharapkan tak perlu lagi pergi jauh untuk melihat satwa tersebut," ujarnya.

Keberadaan hewan tersebut juga jadi pemerataan pelestarian harimau sumatera di lembaga konservasi ex-situ, khususnya di Provinsi Lampung sebagai benteng konservasi di ujung selatan Pulau Sumatera.

Irwan juga meminta dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah agar pengembangbiakan harimau sumatera tersebut dapat berlangsung dengan baik.

Di sisi lain, Lembah Hijau juga memiliki fasilitas pendukung berupa kandang harimau sumatera yang dilengkapi kamera pengawas (CCTV) dengan spesifikasi fasilitas kandang yang terdiri atas empat ruang kandang tidur ukuran 3x4 meter.

Kemudian satu ruang kandang jemur (10x6 meter), satu ruang keeper (2x4 meter), dua ruang kandang kawin (5x4 meter), dan satu ruangan terbuka sebagai kandang lebar atau bermain (20x30 meter) yang di dalamnya dilengkapi juga dengan kolam air (10x30 meter).

"Keberadaan tempat atau kandang kami memakai standar kebun binatang yang ada di Singapura," tambahnya.



Sementara itu, anggota Dewan Pembina Perhimpunan Kebun Binatang Indonesia  Rosichon Ubaidilah mengatakan keberadaan harimau sumatera "Batua" di taman satwa Lembah Hijau harus dilihat dari keberpihakan dan kesejahteraan hewan tersebut.

"Secara biofisik harimau tersebut, jika dilepasliarkan kemungkinan tak akan bertahan di alam liar mengingat kondisi fisiknya yang cacat di bagian kaki kanan," kata dia.

Rosichon yang juga peneliti LIPI itu menjelaskan, keadaan biofisik untuk kelompok satwa karnivora itu lebih rumit dibandingkan dengan yang bukan pemangsa hewan.

Menurut dia, dengan kondisi fisik yang dialami harimau  itu kemampuan untuk mengejar, menangkap dan membunuh mangsa tidak terpenuhi.

"Lebih riskan jika dilepas  ke alam liar karena sulit untuk bertahan hidup jika biofisiknya seperti itu," jelasnya.

Karena itu, ia meminta kepada pihak terkait untuk mempertimbangkan dan tidak buru-buru melepasliarkan harimau yang kondisi fisiknya tak sempurna.

Ia menyebutkan, keberadaan satwa tersebut sebaiknya berada di Lembah Hijau mengingat fasilitas pendukung juga cukup baik. "Saya secara langsung melihat kondisi kandang dan bermain harimau yang cukup. Sudah terdapat kolam air dan batang pohon besar di areal tersebut yang menyerupai alam liar," tambahnya.

Rosichan menambahkan taman satwa Lembah Hijau merupakan salah satu yang terbaik untuk merawat dan mengembangbiakkan harimau di Sumatera mengingat ada taman satwa lainnya memiliki hewan buas tersebut tetapi kondisinya tak sebaik di Lembah Hijau.

Pewarta : Agus Wira Sukarta
Editor : Muklasin
Copyright © ANTARA 2024