Jakarta (ANTARA) - Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian melepas 593 kilogram sarang burung walet (SBW) asal Kantor Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya dengan nilai Rp14,8 miliar ke Hong Kong.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengatakan bahwa ekspor SBW merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
Sampai saat ini, kata dia, Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia. Berangkat dari hal ini, ke depan Kementan memastikan dapat mendorong lebih banyak lagi pengusaha khususnya generasi milenial yang terjun dalam usaha ini.
"Agar ekspor makin melejit, apresiasi dan dukungan dari Karantina Pertanian Surabaya akan terus dilakukan, baik melalui bimbingan teknis maupun kemudahan dalam pengurusan dokumen," kata Mussyaffak melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Mengacu dari data sistem otomasi perkarantinaan, frekuensi ekspor SBW ke Hong Kong pada tahun 2018 sebanyak 3.108 kali atau setara 353 ton.
Hingga Agustus 2019, frekuensi ekspor mencapai 2.004 kali dengan volume 216 ton.
Jika dibandingkan dengan ekspor SBW pada periode yang sama Januari s.d. Agustus, ekspor pada tahun 2019 meningkat 25 persen dari data tahun 2018, yakni dari 101 ton menjadi 122 ton.
Musyaffak menyebutkan eksportasi SBW melalui Karantina Pertanian Surabaya selama ini ditujukan ke 17 negara, yaitu Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Vietnam, Singapura, Kanada, dan Thailand.
Berikutnya, Macau, Jepang, Malaysia, Denmark, Korea Selatan, Meksiko, Jerman, dan Taiwan.
Ke depan, selain meningkatkan volume ekspor, dia berharap jumlah negara tujuan ekspor pun turut bertambah.
Beberapa hal yang membuat SBW Indonesia banyak diminati karena kandungan asam amino esensial dan nonesensial yang mana merupakan bagian penting sel atau jaringan syaraf, otak, hati, jantung kelenjar tubuh, dan juga berfungsi memperbaiki metabolisme tubuh manusia.
"Selain itu, manfaat kesehatan SBW bagi kesehatan di antaranya mengandung protein, kalsium, dan antioksidan yang tinggi, meredakan peradangan, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan sebagainya," katanya.
Indonesia menjadi negara produsen SBW terbesar di dunia selain Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, India, dan Srilanka. Total produksi SBW Indonesia mencapai 80 persen dari seluruh produksi dunia dengan rata-rata lebih dari 1.200 ton per tahun.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengatakan bahwa ekspor SBW merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
Sampai saat ini, kata dia, Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia. Berangkat dari hal ini, ke depan Kementan memastikan dapat mendorong lebih banyak lagi pengusaha khususnya generasi milenial yang terjun dalam usaha ini.
"Agar ekspor makin melejit, apresiasi dan dukungan dari Karantina Pertanian Surabaya akan terus dilakukan, baik melalui bimbingan teknis maupun kemudahan dalam pengurusan dokumen," kata Mussyaffak melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Mengacu dari data sistem otomasi perkarantinaan, frekuensi ekspor SBW ke Hong Kong pada tahun 2018 sebanyak 3.108 kali atau setara 353 ton.
Hingga Agustus 2019, frekuensi ekspor mencapai 2.004 kali dengan volume 216 ton.
Jika dibandingkan dengan ekspor SBW pada periode yang sama Januari s.d. Agustus, ekspor pada tahun 2019 meningkat 25 persen dari data tahun 2018, yakni dari 101 ton menjadi 122 ton.
Musyaffak menyebutkan eksportasi SBW melalui Karantina Pertanian Surabaya selama ini ditujukan ke 17 negara, yaitu Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Vietnam, Singapura, Kanada, dan Thailand.
Berikutnya, Macau, Jepang, Malaysia, Denmark, Korea Selatan, Meksiko, Jerman, dan Taiwan.
Ke depan, selain meningkatkan volume ekspor, dia berharap jumlah negara tujuan ekspor pun turut bertambah.
Beberapa hal yang membuat SBW Indonesia banyak diminati karena kandungan asam amino esensial dan nonesensial yang mana merupakan bagian penting sel atau jaringan syaraf, otak, hati, jantung kelenjar tubuh, dan juga berfungsi memperbaiki metabolisme tubuh manusia.
"Selain itu, manfaat kesehatan SBW bagi kesehatan di antaranya mengandung protein, kalsium, dan antioksidan yang tinggi, meredakan peradangan, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan sebagainya," katanya.
Indonesia menjadi negara produsen SBW terbesar di dunia selain Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, India, dan Srilanka. Total produksi SBW Indonesia mencapai 80 persen dari seluruh produksi dunia dengan rata-rata lebih dari 1.200 ton per tahun.