Bangkok (ANTARA) - Thailand berencana mendistribusikan sekitar 10.000 botol minyak ganja minggu depan bagi para pasien rumah sakit, kata seorang pejabat pemerintah, Kamis.
Penyaluran itu merupakan penggunaan resmi pertama ganja untuk kesehatan sejak undang-undang yang mengesahkannya mulai berlaku tahun ini.
Organisasi Farmasi Pemerintah (GPO) akan mengirimkan 4.500 botol minyak ganja isi 5ml ke Kementerian Kesehatan Masyarakat untuk disebarkan ke rumah-rumah sakit pada 7 Agustus bagi sekitar 4.000 pasien terdaftar, direktur pelaksana GPO, Withoon Danwiboon, mengatakan pada konferensi pers.
Sebanyak 5.500 botol sisanya akan didistribusikan kemudian secara bertahap.
Thailand, yang mempunyai tradisi menggunakan ganja untuk menghilangkan rasa sakit dan kelelahan, telah melegalkan ganja bagi perawatan medis dan penelitian guna membantu meningkatkan pendapatan pertanian.
Minyak ganja akan digunakan untuk mengobati pasien yang menderita mual karena kemoterapi, epilepsi serta sakit dan nyeri, kata Withoon. Ia menambahkan bahwa pasien penyakit Parkinson, Alzheimer, serta yang sedang menjalani pengobatan pereda rasa sakit juga akan mendapat manfaat.
GPO akan mulai menanam ganja tanaman tahap kedua pada akhir bulan ini dan pada awal 2020 berencana memperluas produksi melalui budidaya rumah kaca agar dapat menghasilkan 150.000-200.000 botol minyak.
"Kami harus mempercepat produksi karena pasokan yang kurang," kata Withoon.
Selama lima tahun, investor asing dan impor ganja akan dilarang agar industri dalam negeri mendapat peluang untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan, katanya.
Anutin Charnvirakul, seorang politisi yang berkampanye untuk melegalkan ganja dan sekarang menjabat sebagai menteri kesehatan, mengatakan dalam pernyataan terpisah pada Kamis bahwa ganja hanya boleh digunakan untuk keperluan medis, bukan untuk kesenangan semata.
Langkah-langkah akan diambil untuk memungkinkan sukarelawan kesehatan masyarakat menanam ganja di rumah untuk manfaat kesehatan, tetapi ganja tersebut tidak akan diizinkan untuk dijual.
Pemerintah sipil yang baru mengatakan telah menjadikan pengembangan industri ganja medis sebagai prioritas utama untuk menciptakan peluang ekonomi di daerah pedesaan.
Baca juga: BNN: Indonesia tak pernah pakai ganja untuk pengobatan
Sumber: Reuters
Penyaluran itu merupakan penggunaan resmi pertama ganja untuk kesehatan sejak undang-undang yang mengesahkannya mulai berlaku tahun ini.
Organisasi Farmasi Pemerintah (GPO) akan mengirimkan 4.500 botol minyak ganja isi 5ml ke Kementerian Kesehatan Masyarakat untuk disebarkan ke rumah-rumah sakit pada 7 Agustus bagi sekitar 4.000 pasien terdaftar, direktur pelaksana GPO, Withoon Danwiboon, mengatakan pada konferensi pers.
Sebanyak 5.500 botol sisanya akan didistribusikan kemudian secara bertahap.
Thailand, yang mempunyai tradisi menggunakan ganja untuk menghilangkan rasa sakit dan kelelahan, telah melegalkan ganja bagi perawatan medis dan penelitian guna membantu meningkatkan pendapatan pertanian.
Minyak ganja akan digunakan untuk mengobati pasien yang menderita mual karena kemoterapi, epilepsi serta sakit dan nyeri, kata Withoon. Ia menambahkan bahwa pasien penyakit Parkinson, Alzheimer, serta yang sedang menjalani pengobatan pereda rasa sakit juga akan mendapat manfaat.
GPO akan mulai menanam ganja tanaman tahap kedua pada akhir bulan ini dan pada awal 2020 berencana memperluas produksi melalui budidaya rumah kaca agar dapat menghasilkan 150.000-200.000 botol minyak.
"Kami harus mempercepat produksi karena pasokan yang kurang," kata Withoon.
Selama lima tahun, investor asing dan impor ganja akan dilarang agar industri dalam negeri mendapat peluang untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan, katanya.
Anutin Charnvirakul, seorang politisi yang berkampanye untuk melegalkan ganja dan sekarang menjabat sebagai menteri kesehatan, mengatakan dalam pernyataan terpisah pada Kamis bahwa ganja hanya boleh digunakan untuk keperluan medis, bukan untuk kesenangan semata.
Langkah-langkah akan diambil untuk memungkinkan sukarelawan kesehatan masyarakat menanam ganja di rumah untuk manfaat kesehatan, tetapi ganja tersebut tidak akan diizinkan untuk dijual.
Pemerintah sipil yang baru mengatakan telah menjadikan pengembangan industri ganja medis sebagai prioritas utama untuk menciptakan peluang ekonomi di daerah pedesaan.
Baca juga: BNN: Indonesia tak pernah pakai ganja untuk pengobatan
Sumber: Reuters