Jakarta (Antaranews Lampung) - Pesawat Lion air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang hilang kontak sejak lepas landas dari Bandar Soekarno-Hatta pukul 06.10 WIB.
Seharusnya pesawat itu mendarat pada pukul 07.20 WIB di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Pesawat yang jatuh tersebut adalah armada baru pesawat Boeing 737 MAX 8 yang diterima Lion Air, tiga bulan lalu.
Menurut Public Relations Manager Lion Air Group Andy M Saladin, dikutip dari lionair.co.id, Juli 2018 mengatakan bahwa Lion Air merupakan maskapai pertama di Indonesia yang mengoperasikan MAX 8.
"Sebagai maskapai pertama di Indonesia yang mengoperasikan MAX 8 tentunya kami sangat bangga. Pesawat baru ini akan mendukung kami untuk dapat terus mengembangkan rute-rute perjalanan ke destinasi yang lebih jauh lagi, dan menjalankan peran penting dalam menghadirkan biaya penerbangan yang terjangkau," katanya.
Boeing 737 MAX memiliki keunggulan dalam bahan bakar. Bahkan, Boeing ini diklaim lebih hemat 20 persen dibanding generasi 737 saat ini.
Menariknya, Boeing 737 MAX 8 dapat terbang selama 7 jam 30 menit tanpa mengisi bahan bakar.
Daya jelajah dari Boeing ini akan meningkatkan kemampuan varian B737 Next Generation (NG) dari 350-570 mil laut lebih jauh menjadi 3500 mil laut.
Kenyamanan mesin juga patut diacungi jempol dengan kemampuannya meredam suara mesin hingga 40 persen.
Selain itu, penumpang pesawat dapat membawa bagasi lebih banyak.
Pesawat dengan regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8 ini dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan laik operasi.
Pesawat dikomandoi Capt. Bhavye Suneja dengan co-pilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula.
Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan co-pilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang.
Saat ini Lion Air mengoperasikan 113 pesawat yang terdiri dari Boeing 737-800/900 ER/MAX 8 dan Airbus A320-300.
Seharusnya pesawat itu mendarat pada pukul 07.20 WIB di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Pesawat yang jatuh tersebut adalah armada baru pesawat Boeing 737 MAX 8 yang diterima Lion Air, tiga bulan lalu.
Menurut Public Relations Manager Lion Air Group Andy M Saladin, dikutip dari lionair.co.id, Juli 2018 mengatakan bahwa Lion Air merupakan maskapai pertama di Indonesia yang mengoperasikan MAX 8.
"Sebagai maskapai pertama di Indonesia yang mengoperasikan MAX 8 tentunya kami sangat bangga. Pesawat baru ini akan mendukung kami untuk dapat terus mengembangkan rute-rute perjalanan ke destinasi yang lebih jauh lagi, dan menjalankan peran penting dalam menghadirkan biaya penerbangan yang terjangkau," katanya.
Boeing 737 MAX memiliki keunggulan dalam bahan bakar. Bahkan, Boeing ini diklaim lebih hemat 20 persen dibanding generasi 737 saat ini.
Menariknya, Boeing 737 MAX 8 dapat terbang selama 7 jam 30 menit tanpa mengisi bahan bakar.
Daya jelajah dari Boeing ini akan meningkatkan kemampuan varian B737 Next Generation (NG) dari 350-570 mil laut lebih jauh menjadi 3500 mil laut.
Kenyamanan mesin juga patut diacungi jempol dengan kemampuannya meredam suara mesin hingga 40 persen.
Selain itu, penumpang pesawat dapat membawa bagasi lebih banyak.
Pesawat dengan regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8 ini dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan laik operasi.
Pesawat dikomandoi Capt. Bhavye Suneja dengan co-pilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula.
Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan co-pilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang.
Saat ini Lion Air mengoperasikan 113 pesawat yang terdiri dari Boeing 737-800/900 ER/MAX 8 dan Airbus A320-300.