Jakarta (Antaranews Lampung) - Tugu Monumen Nasional (Monas) masih menjadi magnet yang menarik wisatawan terutama lokal yang berkunjung ke Ibukota Jakarta.
Pantauan di Tugu Monas, Minggu, tampak antrean panjang pengunjung yang ingin masuk ke tugu yang menjadi ikon Kota Jakarta tersebut.
Antrean terlihat mengular hingga lebih dari 10 meter dari pintu masuk tugu, tepatnya di bagian utara Monas atau berseberangan dengan gedung Kementerian Dalam Negeri. Pengunjung juga terlihat berbaris memasuki lorong ke halaman tugu.
Saat ini pengunjung yang ingin masuk ke Tugu Monas harus menggunakan kartu Jakcard yang dapat dibeli seharga Rp30.000. Kartu tersebut juga dapat digunakan untuk berwisata ke Kota Tua.
Bagi warga yang ingin mengunjungi Tugu Monas, tidak perlu berjalan jauh karena dari Silang Monas disediakan kendaraan berupa odong-odong menuju pintu masuk tugu. Antrean panjang juga terlihat di tempat pemberhentian odong-odong.
Salah seorang pengunjung asal Banten, Dede, ikut mengantre bersama anak dan suaminya untuk masuk ke Tugu Monas.
Dede mengatakan, meski harus berdesakan dan mengantre panjang, ia sengaja datang bersama keluarga untuk menikmati kota Jakarta dari ketinggian. Selain menjadi ikon, wisata ke Monas juga cukup murah.
"Biasa hari libur jadi ramai. Mumpung anak-anak masih libur, jadi bawa kesini untuk melihat-lihat," kata Dede yang mengaku pernah ke Tugu Monas saat ia kecil.
Begitu juga dengan Sarmini, asal Jawa Tengah, yang dibawa anaknya untuk melihat-lihat Monas. Ia yang berlibur ke Jakarta untuk melihat cucu dan anaknya mengaku tidak begitu berani untuk naik hingga ke puncak Monas. Meski takut, tapi ia penasaran dan tetap mengantre masuk ke Monas.
Pengunjung dapat naik ke puncak Monas dengan menggunakan lift yang beroperasional pagi mulai pukul 08.00-16.00 WIB dengan maksimal 1.000 pengunjung dan pukul 19.00-22.00 WIB dibatasi bagi 700 pengunjung.
Monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) itu didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Pembangunan monumen ini dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
Pantauan di Tugu Monas, Minggu, tampak antrean panjang pengunjung yang ingin masuk ke tugu yang menjadi ikon Kota Jakarta tersebut.
Antrean terlihat mengular hingga lebih dari 10 meter dari pintu masuk tugu, tepatnya di bagian utara Monas atau berseberangan dengan gedung Kementerian Dalam Negeri. Pengunjung juga terlihat berbaris memasuki lorong ke halaman tugu.
Saat ini pengunjung yang ingin masuk ke Tugu Monas harus menggunakan kartu Jakcard yang dapat dibeli seharga Rp30.000. Kartu tersebut juga dapat digunakan untuk berwisata ke Kota Tua.
Bagi warga yang ingin mengunjungi Tugu Monas, tidak perlu berjalan jauh karena dari Silang Monas disediakan kendaraan berupa odong-odong menuju pintu masuk tugu. Antrean panjang juga terlihat di tempat pemberhentian odong-odong.
Salah seorang pengunjung asal Banten, Dede, ikut mengantre bersama anak dan suaminya untuk masuk ke Tugu Monas.
Dede mengatakan, meski harus berdesakan dan mengantre panjang, ia sengaja datang bersama keluarga untuk menikmati kota Jakarta dari ketinggian. Selain menjadi ikon, wisata ke Monas juga cukup murah.
"Biasa hari libur jadi ramai. Mumpung anak-anak masih libur, jadi bawa kesini untuk melihat-lihat," kata Dede yang mengaku pernah ke Tugu Monas saat ia kecil.
Begitu juga dengan Sarmini, asal Jawa Tengah, yang dibawa anaknya untuk melihat-lihat Monas. Ia yang berlibur ke Jakarta untuk melihat cucu dan anaknya mengaku tidak begitu berani untuk naik hingga ke puncak Monas. Meski takut, tapi ia penasaran dan tetap mengantre masuk ke Monas.
Pengunjung dapat naik ke puncak Monas dengan menggunakan lift yang beroperasional pagi mulai pukul 08.00-16.00 WIB dengan maksimal 1.000 pengunjung dan pukul 19.00-22.00 WIB dibatasi bagi 700 pengunjung.
Monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) itu didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Pembangunan monumen ini dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.