Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Delapan orang warga kelompok sadar
wisata dari beberapa desa di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung melaksanakan studi banding untuk belajar pengelolaan
wisata ke Desa Wisata Lekok 50 Tumbi Lempur, Kecamatan Gunung Raya,
Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Supriyanto, bersama Andriani, pengurus Perkumpulan Rumah Kolaborasi Lampung yang mendampingi warga dari Kecamatan Ulubelu, sepulang dari Jambi, di Bandarlampung, Selasa, menjelaskan studi banding yang diinisiasi Rumah Kolaborasi dan difasilitasi oleh WWF Indonesia itu dilaksanakan bersama kelompok sadar wisata Pekon Muara Dua, Pekon Sukamaju, dan Pekon Pagar Alam di Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung ke Desa Wisata Lekok 50 Tumbi Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kerinci, Jambi.
"Desa Lempur terlihat biasa-biasa saja, seperti desa lain pada umumnya. Namun di balik itu, desa ini menyimpan potensi wisata alam dan budaya yang cukup kaya," ujarnya menggambarkan desa wisata yang telah dikunjungi itu pula.
Dia menuturkan, perwakilan warga dari Ulubelu di Desa Wisata Lekok 50 Tumbi Lempur sempat berdiskusi dengan tokoh dan warga setempat, yaitu Depati Agung dan Amris, serta para pemuda desa pengelola desa wisata yang meliputi empat desa di Kecamatan Gunung Raya, Kerinci.
Peserta studi banding dari Ulubelu itu mendapatkan beberapa informasi tentang homestay dan pengelolaannya, cara menjual paket wisata, dan peran serta tokoh masyarakat desa wisata itu, katanya lagi.
Menurut pengelola desa wisata itu, setiap rombongan yang berkunjung ke desa wisata ini, telah disiapkan agenda acara, seperti penyambutan dengan tarian daerah, trip ke danau, air terjun, bahkan diajak memanen kayu manis serta bercocok tanam.
Peran lembaga adat sangat dihormati di desa ini, kata Supriyanto pula, sehingga hutan adat sangat terjaga dan lestari.
Pengelolaan desa wisata itu pun murni dikelola oleh masyarakat lokal, sehingga desa ini mendapat julukan Desa Wisata Mandiri,
Dusun Baru Lempur, Lempur Hilir, Lempur Mudik, dan Desa Manjuto Tengah adalah bagian dari Desa Wisata ini.
Kelompok Pecinta Alam Gunung Raya (Pancagura) adalah salah satu kelompok yang dibangun oleh para pemuda setempat untuk memfalisitasi pengunjung yang ingin berkunjung dan menikmati pesona alam dan budaya lokal.
"Dengan menjadi tujuan wisata alam, terlihat sangat berdampak terhadap perekonomian warga, seperti banyak berdiri kafe, homestay, rumah makan, bahkan laundry khusus sepatu," kata Supriyanto lagi.
Contohnya homestay berupa rumah panggung Ibu Tuti memiliki lima kamar bertarif Rp250 ribu per malam termasuk sarapan pagi, mengingat menurut warga di sini homestay tidak boleh lebih dari lima kamar. Disediakan pula homestau untuk kalangan backpacker yang menjadi penginapan favorit bagi para turis.
"Kami menyempatkan pula berdiskusi dengan Zacky, pemuda di desa ini yang menjadi inisiator pengembangan desa wisata dan mampu merekrut 16 pemuda untuk menjadi pemandu dan pengelola homestay yang dikembangkan di sini," katanya pula.
Peserta dari Ulubelu, Lampung itu juga berdiskusi dengan pengelola wisata Danau Lingkat Mak Itam yang dikelola secara pribadi, namun pengelolanya harus bekerjasama dengan pengurus desa wisata, dan mendapatkan bantuan pengaspalan jalan dari pemerintah untuk danau ini.
Pengelola Danau Mak Itam juga menyediakan paket wisata keliling danau dengan rakit bambu bertarif Rp10.000. Mereka juga membuka kafe.
Rombongan dari Lampung yang ikut ke Jambi itu adalah Supriyanto dan Andriani (Rumah Kolaborasi), bersama perwakilan warga Ulubelu, yaitu Suprayitno, Adi Sulaiman, Harbiansyah, Sandra, Muyono, dan Qurtubi selama empat hari pulang pergi Lampung-Jambi berlangsung pada akhir pekan lalu.
Kawasan Desa Wisata Lempur berjarak sekitar 45 km dari Kota Sungai Penuh, dan merupakan pintu masuk jalur treking ke daerah Serampas yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Terdapat beberapa danau seperti Danau Lingkat dan Danau Kaco yang mempunyai keunikan habitat masing-masing.
"Perjalanan yang melelahkan dari Sungai Penuh Kerinci via Pesisir Sumatera Barat terbayar pula dengan menikmati keindahan alam rest area kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Menjulang tinggi di antara kabut tebal Gunung Merapi Sumatera Barat dan dingin udara sore," ujar Supriyanto pula.
Menurutnya, hasil studi banding itu diharapkan dapat diterapkan untuk pengembangan kawasan wisata terpadu berbasis masyarakat di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus, Lampung kini tengah dikembangkan dengan dukungan berbagai pihak.
Supriyanto, bersama Andriani, pengurus Perkumpulan Rumah Kolaborasi Lampung yang mendampingi warga dari Kecamatan Ulubelu, sepulang dari Jambi, di Bandarlampung, Selasa, menjelaskan studi banding yang diinisiasi Rumah Kolaborasi dan difasilitasi oleh WWF Indonesia itu dilaksanakan bersama kelompok sadar wisata Pekon Muara Dua, Pekon Sukamaju, dan Pekon Pagar Alam di Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung ke Desa Wisata Lekok 50 Tumbi Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kerinci, Jambi.
"Desa Lempur terlihat biasa-biasa saja, seperti desa lain pada umumnya. Namun di balik itu, desa ini menyimpan potensi wisata alam dan budaya yang cukup kaya," ujarnya menggambarkan desa wisata yang telah dikunjungi itu pula.
Dia menuturkan, perwakilan warga dari Ulubelu di Desa Wisata Lekok 50 Tumbi Lempur sempat berdiskusi dengan tokoh dan warga setempat, yaitu Depati Agung dan Amris, serta para pemuda desa pengelola desa wisata yang meliputi empat desa di Kecamatan Gunung Raya, Kerinci.
Peserta studi banding dari Ulubelu itu mendapatkan beberapa informasi tentang homestay dan pengelolaannya, cara menjual paket wisata, dan peran serta tokoh masyarakat desa wisata itu, katanya lagi.
Menurut pengelola desa wisata itu, setiap rombongan yang berkunjung ke desa wisata ini, telah disiapkan agenda acara, seperti penyambutan dengan tarian daerah, trip ke danau, air terjun, bahkan diajak memanen kayu manis serta bercocok tanam.
Peran lembaga adat sangat dihormati di desa ini, kata Supriyanto pula, sehingga hutan adat sangat terjaga dan lestari.
Pengelolaan desa wisata itu pun murni dikelola oleh masyarakat lokal, sehingga desa ini mendapat julukan Desa Wisata Mandiri,
Dusun Baru Lempur, Lempur Hilir, Lempur Mudik, dan Desa Manjuto Tengah adalah bagian dari Desa Wisata ini.
Kelompok Pecinta Alam Gunung Raya (Pancagura) adalah salah satu kelompok yang dibangun oleh para pemuda setempat untuk memfalisitasi pengunjung yang ingin berkunjung dan menikmati pesona alam dan budaya lokal.
"Dengan menjadi tujuan wisata alam, terlihat sangat berdampak terhadap perekonomian warga, seperti banyak berdiri kafe, homestay, rumah makan, bahkan laundry khusus sepatu," kata Supriyanto lagi.
Contohnya homestay berupa rumah panggung Ibu Tuti memiliki lima kamar bertarif Rp250 ribu per malam termasuk sarapan pagi, mengingat menurut warga di sini homestay tidak boleh lebih dari lima kamar. Disediakan pula homestau untuk kalangan backpacker yang menjadi penginapan favorit bagi para turis.
"Kami menyempatkan pula berdiskusi dengan Zacky, pemuda di desa ini yang menjadi inisiator pengembangan desa wisata dan mampu merekrut 16 pemuda untuk menjadi pemandu dan pengelola homestay yang dikembangkan di sini," katanya pula.
Peserta dari Ulubelu, Lampung itu juga berdiskusi dengan pengelola wisata Danau Lingkat Mak Itam yang dikelola secara pribadi, namun pengelolanya harus bekerjasama dengan pengurus desa wisata, dan mendapatkan bantuan pengaspalan jalan dari pemerintah untuk danau ini.
Pengelola Danau Mak Itam juga menyediakan paket wisata keliling danau dengan rakit bambu bertarif Rp10.000. Mereka juga membuka kafe.
Rombongan dari Lampung yang ikut ke Jambi itu adalah Supriyanto dan Andriani (Rumah Kolaborasi), bersama perwakilan warga Ulubelu, yaitu Suprayitno, Adi Sulaiman, Harbiansyah, Sandra, Muyono, dan Qurtubi selama empat hari pulang pergi Lampung-Jambi berlangsung pada akhir pekan lalu.
Kawasan Desa Wisata Lempur berjarak sekitar 45 km dari Kota Sungai Penuh, dan merupakan pintu masuk jalur treking ke daerah Serampas yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Terdapat beberapa danau seperti Danau Lingkat dan Danau Kaco yang mempunyai keunikan habitat masing-masing.
"Perjalanan yang melelahkan dari Sungai Penuh Kerinci via Pesisir Sumatera Barat terbayar pula dengan menikmati keindahan alam rest area kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Menjulang tinggi di antara kabut tebal Gunung Merapi Sumatera Barat dan dingin udara sore," ujar Supriyanto pula.
Menurutnya, hasil studi banding itu diharapkan dapat diterapkan untuk pengembangan kawasan wisata terpadu berbasis masyarakat di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus, Lampung kini tengah dikembangkan dengan dukungan berbagai pihak.