Jakarta (ANTARA Lampung) - Lembaga ESQ menilai semakin banyaknya sarjana yang menganggur dikarenakan salah orientasi terhadap apa yang dipelajari.
"Mereka berorientasi pada apa yang dipelajari, tetapi tidak tahu mengapa dia mempelajari ilmu itu," ujar Pendiri ESQ, Ary Ginanjar Agustian dalam peluncuran Gerakan Indonesia Menulis di Jakarta, Kamis.
Akibat orientasi yang hanya pada apa yang dipelajari, mengakibatkan ilmu pengetahuan menjadi kehilangan rohnya. Untuk itu, kata dia, perlu dikembalikan roh terhadap ilmu pengetahuan itu.
Jumlah pengangguran di Tanah Air sebanyak 350.000 di antara merupakan lulusan sarjana.
"Ke depan yang perlu kita tingkatkan adalah jumlah pengusaha. Indonesia jumlahnya baru 1,5 persen, sementara Singapura dan Amerika Serikat berjumlah 7,5 juta," tambah dia.
Oleh karena itu, pihaknya fokus dalam upaya mencetak pengusaha-pengusaha muda melalui lembaga pendidikan.
Sementara itu, Irjen Kemristekdikti Jamal Wiwoho mengatakan sistem pendidikan yang hanya mengedepankan akademik belum mampu menyelesaikan persoalan bangsa.
"Proses pembelajaran yang mengedepankan kepemimpinan, religius dan wirausaha diharapkan dapat menjadi solusi dalam berbagai persoalan bangsa," ucap Jamal.
Di tempat yang berbeda, pengusaha Ciputra mengatakan dirinya sejak 10 tahun yang lalu berusaha untuk mengkampanyekan semakin banyak anak muda yang menjadi pengusaha.
"Pengusaha itu adalah orang yang sanggup mengubah sampah menjadi emas," kata Ciputra usai pelantikan Rektor Universitas Tarumanagara yang baru.
Jika banyak yang menjadi pengusaha maka lapangan kerja yang tercipta semakin banyak. Maka pemerintah tak perlu lagi meminta para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Dalam hal ini, lembaga pendidikan berperan penting dalam menciptakan para pengusaha.
Lembaga pendidikkan yang dibinanya mulai dari Universitas Tarumanagara, Universitas Ciputra, maupun Universitas Pembangunan Jaya sebanyak 60 persen lulusannya menjadi pengusaha.
"Pengusaha itu lahir dari orang tua, pengalaman dan lembaga pendidikan," imbuh Ciputra.
"Mereka berorientasi pada apa yang dipelajari, tetapi tidak tahu mengapa dia mempelajari ilmu itu," ujar Pendiri ESQ, Ary Ginanjar Agustian dalam peluncuran Gerakan Indonesia Menulis di Jakarta, Kamis.
Akibat orientasi yang hanya pada apa yang dipelajari, mengakibatkan ilmu pengetahuan menjadi kehilangan rohnya. Untuk itu, kata dia, perlu dikembalikan roh terhadap ilmu pengetahuan itu.
Jumlah pengangguran di Tanah Air sebanyak 350.000 di antara merupakan lulusan sarjana.
"Ke depan yang perlu kita tingkatkan adalah jumlah pengusaha. Indonesia jumlahnya baru 1,5 persen, sementara Singapura dan Amerika Serikat berjumlah 7,5 juta," tambah dia.
Oleh karena itu, pihaknya fokus dalam upaya mencetak pengusaha-pengusaha muda melalui lembaga pendidikan.
Sementara itu, Irjen Kemristekdikti Jamal Wiwoho mengatakan sistem pendidikan yang hanya mengedepankan akademik belum mampu menyelesaikan persoalan bangsa.
"Proses pembelajaran yang mengedepankan kepemimpinan, religius dan wirausaha diharapkan dapat menjadi solusi dalam berbagai persoalan bangsa," ucap Jamal.
Di tempat yang berbeda, pengusaha Ciputra mengatakan dirinya sejak 10 tahun yang lalu berusaha untuk mengkampanyekan semakin banyak anak muda yang menjadi pengusaha.
"Pengusaha itu adalah orang yang sanggup mengubah sampah menjadi emas," kata Ciputra usai pelantikan Rektor Universitas Tarumanagara yang baru.
Jika banyak yang menjadi pengusaha maka lapangan kerja yang tercipta semakin banyak. Maka pemerintah tak perlu lagi meminta para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Dalam hal ini, lembaga pendidikan berperan penting dalam menciptakan para pengusaha.
Lembaga pendidikkan yang dibinanya mulai dari Universitas Tarumanagara, Universitas Ciputra, maupun Universitas Pembangunan Jaya sebanyak 60 persen lulusannya menjadi pengusaha.
"Pengusaha itu lahir dari orang tua, pengalaman dan lembaga pendidikan," imbuh Ciputra.