Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Pemadaman aliran listrik PLN terjadi merata di seluruh 15 kabupaten dan kota di Provinsi Lampung sejak lebih sepekan pada akhir September hingga awal Oktober 2015 ini.
Warga pengguna listrik PLN pun berkeluh kesah, setiap hari terpaksa menghadapi "byar-pet" aliran listrik secara bergantian, umumnya berlangsung paling tidak selama tiga jam. Namun tak sedikit yang mengalami mati lampu itu hingga belasan jam, setiap kali mendapat giliran pemadaman.
Sejumlah warga di tiga kabupaten di Lampung, yaitu Tulangbawang, Tulangbawang Barat, dan Mesuji mengeluhkan dalam sepekan pada akhir September hingga awal Oktober 2015 ini, sering terjadi pemadaman aliran listrik baik siang maupun malam hari.
Beberapa warga dari tiga kabupaten itu, mengeluhkan beberapa malam ini secara berturutan aliran listrik padam sejak usai Maghrib hingga sekitar malam pukul 20.00 WIB.
Warga pengguna listrik PT PLN mengeluhkan pemadaman pada jam belajar anak. Bahkan pemadaman bisa mencapai hingga 12 jam, kata Ana, warga Tulangbawang.
Menurut dia, pada akhir September lalu, sekitar pukul 07.00 WIB, aliran listrik PLN itu kembali padam ketika dirinya sedang menyalakan mesin penyedot air dan mesin cuci.
"Saya sampai minta maaf ke tetangga yang mau minta air, agar menunggu listrik menyala, karena persediaan di tangki sudah minim dan sedang digunakan pula untuk mencuci," katanya.
Warga lainnya, Erni yang tinggal di Mesuji pun mengeluhkan hal serupa.
"Ada apa kok PLN sering melakukan pemadaman. Kalau musim hujan sering saya baca di media, karena ada gangguan seperti pohon tumbang dan lainnya, ini 'kan kemarau apalagi alasannya ya," katanya.
Dia pun mengaku kecewa karena sering mengalami pemadaman yang dilakukan PLN, sehingga mengganggu aktivitas anak-anaknya belajar di malam hari, juga beberapa bahan makanan dan makanan yang disimpan di lemari es berubah rasa.
"Kemarin saya sempat buang sayuran dan ikan yang disimpan di lemari es, karena baunya tidak enak lagi," kata dia.
Ruri, warga Tulangbawang Barat mengharapkan PLN harus konsisten dalam memberikan pelayanan ke pelanggannya dan sebanding dengan apa yang telah dibayarkan.
"Kita kalau terlambat bayar bisa kena denda. Tetapi ketika mereka tidak memberikan pelayanan maksimal, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ini `kan tidak imbang," katanya.
Dia mengharapkan PLN kalau melakukan pemadaman jangan pada saat anak sekolah belajar, apalagi sekarang sedang menghadapi ujian.
"Memang `sih jam segitu katanya sedang pada kondisi puncak pemakaian. Tetapi apakah tidak bisa diupayakan. Kalau memang sudah bebannya tinggi, kenapa terus memberikan layanan sambungan baru dan mengganggu pelanggan yang lama. Seharusnya PLN bisa mengantisipasi hal itu, tidak dengan mengorbankan pelanggan yang lama," ujarnya lagi.
Pemadaman listrik yang juga dialami pelanggan PLN di Kota Bandarlampung pun dikeluhkan telah merugikan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena tidak semuanya memiliki cadangan genset.
"Pemadaman listrik yang sudah terjadi seminggu ini, sudah berdampak pada usaha saya," kata Kurniadi pengusaha laundry di Bandarlampung.
Dia mengatakan, seringnya pemadaman listrik membuat omzet menurun hingga 40 persen.
Selain anjlok pendapatannya, dirinya pun mengeluh karena pemadaman listrik membuat kinerja usahanya menjadi terhambat akibat banyak proses pekerjaan yang tertunda.
"Kami harap jangan sering-sering padam listrik. Kami ini sudah bayar mahal," katanya lagi.
Keluhan senada disampaikan pengusaha pembuatan es batu skala rumah tangga yang harus menanggung kerugian karena tidak bisa berproduksi.
Lala, pemilik warung yang menjual es batu di Kelurahan Way Kandis, Bandarlampung mengeluhkan es yang dibuatnya tidak ada yang menjadi batu atau mengeras karena pemadaman lampu sampai 10 jam lebih.
"Banyak pembeli yang batal, padahal biasanya bisa laku 20 biji per hari, tetapi karena listrik padam es tidak jadi," katanya pula.
Jika ini terus berlanjut hingga satu bulan ke depan, usaha seperti ini akan mati total sebab sangat membutuhkan listrik.
Sama halnya dengan pengusaha playstation yang menjadikan listrik sebagai kebutuhan dasar menjadi teraniaya.
"Sudah tiga hari warung game saya tutup akibat pemadaman listrik, jika dipaksa hidup ditakutkan alatnya mengalami kerusakan," kata Wanda warga Kelurahan Talang.
Dia mengatakan, penurunan pendapatan mencapai 50 persen karena sepi pengunjung, dalam sehari bisanya mendapatkan keuntungn Rp300 ribu kondisi seperti ini Rp150 ribu pun tidak sampai.
Ia melanjutkan, padahal dirinya selalu membayar listrik tepat waktu, akan tetapi karena tidak ada sikap profesional dari PLN usahanya hancur.
"Harusnya PLN bisa mengatasi masalah ini, sebab pemadaman bergilir sudah hampir terjadi setiap tahunnya," ujarnya.
Warga di Kabupaten Lampung Timur juga mengeluhkan pelayanan PT PLN, menyusul pemadaman aliran listrik yang telah terjadi pada sejumlah wilayah di kabupaten itu.
Menurut Khoiri, warga Kecamatan Bandar Sribhawono, pemadaman aliran listrik di daerahnya terjadi pada Selasa (29/9) malam pukul 20.00 WIB. Begitu pun pada hari berikutnya hingga awal Oktober ini.
Pemadaman itu mengakibatkan anaknya harus mengurungkan kegiatan belajarnya.
Selamet, warga Desa Karya Tani Kecamatan Labuhan Maringgai juga menyatakan pemadaman aliran listrik telah terjadi sejak Selasa di daerahnya, terjadi pada siang hari pukul 08.30 WIB, dan baru hidup lagi pada sore harinya pukul 15.00 WIB.
Dia pun mengatakan harus menghentikan pekerjaannya sebagai tukang las.
"Terpaksa saya hentikan pekerjaan saya, padahal banyak pesanan tralis dari para pelanggan," katanya.
Selain itu, Wati, ibu rumah tangga di Kecamatan Labuhan Maringgai yang biasa membuat es batu bagi para pedagang kecil, juga mengeluhkan pemadaman itu karena es batu buatannya tidak lagi membeku.
"Hari ini pun listik padam kembali, pukul 09.00 WIB, alamat es batu saya tidak laku lagi," katanya lagi.
Habib, warga Kecamatan Way Jepara juga mengatakan telah terjadi pemadaman beberapa kali di daerahnya.
Warga di Lampung Timur ini pun berharap pihak PLN disiplin dengan tidak seenaknya sendiri memadamkan aliran listrik setiap saat, sehingga mengganggu aktivitas warga.
Penyebab "Byar-Pet"
Berkaitan keluhan pengguna dan pelanggan listrik PLN itu, pihak PT PLN Distribusi Lampung mengakui, saat ini memang sedang dilakukan pemadaman bergilir di Bandarlampung, termasuk pada kabupaten/kota lainnya di daerah ini.
Pemadaman itu dilakukan secara bergiliran dan merata, setidaknya selama tiga jam sekali giliran, untuk mengurangi beban akibat kondisi defisit daya listrik di Lampung.
Pemadaman bergilir aliran listrik di Provinsi Lampung, menurut PT PLN berlangsung sejak 25 September 2015, karena defisit daya listrik sangat besar antara siang dan malam hari sekitar 80 megawatt, sehingga dilakukan pengurangan beban dengan pemadaman bergilir.
Manager Distribusi PT PLN Lampung, Alam Awaludin, menjelaskan penyebab defisit daya listrik di daerah ini adalah berkurang kemampuan daya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batutegi dan PLTA Way Besai, karena debit air berkurang akibat kemarau panjang.
"Selain itu, transfer daya listrik dari sistem Sumatera Bagian Selatan juga berkurang," katanya.
Alam merincikan, pada saat normal transfer daya listrik siang hari berkisar 200--250 MW, namun saat ini rata-rata yang bisa ditransfer hanya berkisar 146--208 MW, dan saat malam dalam kondisi normal, transfer daya listrik bisa mencapai 342 MW namun saat ini yang bisa ditransfer hanya berkisar 228--290 MW.
"Kondisi tersebut menimbulkan defisit daya listrik, sehingga kami memberlakukan pemadaman bergilir," ujarnya lagi.
Dia menguraikan pula rincian penyebab transfer daya listrik yang berkurang itu, yaitu PLTA yang ada tidak optimal karena musim kemarau berkepanjangan, pembangkit listrik tenaga gas tidak optimal karena kabut asap yang terjadi di Sumatera Bagian Tengah dan Selatan menyebabkan filter inlet mengalami gangguan yang berakibat penurunan daya mampu pembangkit, serta beberapa pembangkit gas mengalami gangguan.
"Penyebab lainnya adalah adanya pemeliharaan beberapa pembangkit, di antaranya PLTU Bukit Asam 1 dan 2, dan PLTG Keramasan 2 dan 3," kata Alam.
Ia juga menyebutkan penyebab berikutnya adalah beberapa pembangkit mengalami gangguan, di antaranya PLTU IPP Banjarsari 1, dan PLTG Talang Duku 2, Borang 1 dan 2, Indralaya, dan Gunung Megang.
Alam menjelaskan, daya mampu pembangkit Lampung dan transfer dari Sumatera Selatan dalam kondisi normal rata-rata sekitar 865 MW, dipasok oleh pembangkit sebesar 540 MW dan transfer 325 MW, dengan beban puncak tertinggi yang pernah tercapai 854 MW sehingga terdapat surplus 11 MW.
"Agar pasokan listrik Lampung handal, maka perlu tersedia cadangan minimal sebesar pembangkit terbesar di Lampung, yaitu 100 MW dan untuk mencapai keandalan yang cukup maka dibutuhkan cadangan pembangkit sebesar 30 persen dari beban puncak atau sekitar 256 MW," ujar dia.
Dia menegaskan, dengan kondisi defisit daya listrik di Lampung itu, terjadi pengurangan beban pagi, siang, dan malam, untuk menjaga kestabilan sistem sehingga tidak terjadi "black out" atau pemadaman total.
Pihaknya dalam jangka pendek mengupayakan mempercepat perbaikan pembangkit yang terganggu dan mempercepat proses pemeliharaan.
PT PLN Lampung mengimbau pelanggan agar menggunakan listrik dengan hemat dan seperlunya untuk menjaga kestabilan pasokan listrik terutama pada saat beban puncak pukul 17.00--22.00 WIB.
Pihaknya juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelanggan atas ketidaknyamanan yang dirasakan akibat pemadaman listrik yang terjadi saat ini.
"Atas kondisi ini, manajemen beserta seluruh pegawai PLN Distribusi Lampung memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pelanggan," kata Alam Awaludin.
Pengembangan Pembangkit Baru
Pemerintah Provinsi Lampung menghadapi permasalahan defisit daya listrik PT PLN itu, berupaya mendorong pengembangan pembangkit listrik baru untuk mengatasi defisit daya listrik, kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung, Taufik Hidayat.
Menurut Taufik, saat ini Rasio Elektrifikasi (RE) Provinsi Lampung mencapai 80,46 persen yang dilayani oleh PT PLN dan non-PLN.
Rasio Elektrifikasi PLN sejauh ini baru mencapai 75,88 persen.
Dia merincikan pula kondisi kelistrikan di Lampung, saat ini total pasokan daya listrik di Lampung mencapai 791,0 Megawatt (MW), dari kemampuan pembangkit 541 MW dan kemampuan transfer interkoneksi listrik Sumbagsel 250 MW.
Beban puncak daya listrik di Lampung mencapai 795,7 MW, dengan cadangan daya operasi minus (-4,7 MW).
"Artinya, hingga kini kondisi daya listrik di Lampung masih mengalami defisit," ujar Taufik lagi.
Padahal, katanya pula, kondisi cadangan daya listrik aman secara minimal sebesar 90 MW, kondisi aman sedang 180 MW, dan kondisi ideal 30 persen beban puncak, yaitu 230 MW.
Karena itu, Provinsi Lampung mendorong pembangunan pembangkit listrik baru, dengan prakiraan daya total mencapai 1.261 MW, dan mulai berjalan sejak 2013 hingga tahun 2021 mendatang, yaitu PLTU Tarahan (sudah berjalan), PLTG Sribawono, Semangka, Way Ratai, dan PLTP (panas bumi) Ulubelu 3 dan 4 sebesar 110 MW yang ditargetkan beroperasi tahun 2016--2017 (selain Ulubelu 1 dan 2 yang sudah berjalan).
Menurut Taufik, Provinsi Lampung juga memiliki potensi energi panas bumi sebesar 2.867 Megawatt equivalent (MWe) atau 10 persen dari potensi nasional.
Lampung termasuk provinsi ketiga terbesar memiliki potensi panas bumi di Indonesia, dan terbesar nomor tiga secara nasional setelah Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Kondisi defisit daya listrik di Lampung, antara lain dipengaruhi pertumbuhan konsumsi Listrik di daerah ini yang tertinggi di Sumatera, yaitu sebesar 7,76 persen pada tahun 2015 dibandingkan di Sumatera umumnya yang mencapai 5,1 persen.
"Pertumbuhan konsumsi listrik itu belum diimbangi dengan penambahan daya listrik dan pembangunan pembangkit listrik baru," ujar dia pula.
Taufik menyebutkan, suplai listrik Provinsi Lampung sekitar 36 persen berasal dari transfer (sistem interkoneksi Jawa-Sumatera) yang rentan gangguan atau tidak handal, dan selebihnya dipasok dari pembangkit di daerah ini.
Dia menyebutkan pula, rencana pembangunan pembangkit di Provinsi Lampung berdasarkan RUPTL 2015--2024 dengan penambahan kapasitas sebesar sedikitnya 961 MW.
Saat ini di Lampung sedang dibangun jalan tol Trans Sumatera dari Bakauheni, Lampung Selatan ke Terbanggi Besar, Lampung Tengah, dan akan diteruskan ke perbatasan Provinsi Sumatera Selatan, hingga selanjutnya dibangun jalan tol lintas Sumatera ini hingga sampai Provinsi Aceh, dalam beberapa tahun ke depan.
Akankah defisit daya listrik PLN di Lampung makin parah berlanjut bila jalan tol itu beroperasi dan hampir pasti akan diikuti peningkatan sektor industri dan usaha jasa yang makin berkembang di Provinsi Lampung secara otomatis juga memerlukan dukungan daya listrik secara memadai.
Provinsi Lampung terancam menghadapi krisis listrik ke depan, bila tidak segera menemukan solusi defisit daya listrik itu, mengingat saat ini saja belum mampu mengatasi defisit daya listrik sehingga harus menerapkan pemadaman bergilir selama minimal tiga jam bagi para pelanggannya.
Apalagi nanti dengan kian bertumbuh sektor industri dan usaha jasa, menyusul keberadaan jalan tol dan perkiraan pertumbuhan pembangunan dan sektor ekonomi yang terus berkembang.
Semuanya memerlukan pasokan daya listrik untuk mendukungnya.
Agaknya memang sangat mendesak perlu langkah terobosan dan keberanian dari penentu kebijakan maupun pihak PT PLN Distribusi Lampung untuk solusi segera memenuhi peningkatan kebutuhan daya listrik yang makin besar ini.
Bila tidak menghendaki "byar-pet" terus berlanjut yang merugikan masyarakat dan dunia usaha di daerah ini, serta untuk menghindari ancaman krisis listrik benar-benar akan terjadi, solusi cepat dan tepat itu harus segera dijalankan.
Warga pengguna listrik PLN pun berkeluh kesah, setiap hari terpaksa menghadapi "byar-pet" aliran listrik secara bergantian, umumnya berlangsung paling tidak selama tiga jam. Namun tak sedikit yang mengalami mati lampu itu hingga belasan jam, setiap kali mendapat giliran pemadaman.
Sejumlah warga di tiga kabupaten di Lampung, yaitu Tulangbawang, Tulangbawang Barat, dan Mesuji mengeluhkan dalam sepekan pada akhir September hingga awal Oktober 2015 ini, sering terjadi pemadaman aliran listrik baik siang maupun malam hari.
Beberapa warga dari tiga kabupaten itu, mengeluhkan beberapa malam ini secara berturutan aliran listrik padam sejak usai Maghrib hingga sekitar malam pukul 20.00 WIB.
Warga pengguna listrik PT PLN mengeluhkan pemadaman pada jam belajar anak. Bahkan pemadaman bisa mencapai hingga 12 jam, kata Ana, warga Tulangbawang.
Menurut dia, pada akhir September lalu, sekitar pukul 07.00 WIB, aliran listrik PLN itu kembali padam ketika dirinya sedang menyalakan mesin penyedot air dan mesin cuci.
"Saya sampai minta maaf ke tetangga yang mau minta air, agar menunggu listrik menyala, karena persediaan di tangki sudah minim dan sedang digunakan pula untuk mencuci," katanya.
Warga lainnya, Erni yang tinggal di Mesuji pun mengeluhkan hal serupa.
"Ada apa kok PLN sering melakukan pemadaman. Kalau musim hujan sering saya baca di media, karena ada gangguan seperti pohon tumbang dan lainnya, ini 'kan kemarau apalagi alasannya ya," katanya.
Dia pun mengaku kecewa karena sering mengalami pemadaman yang dilakukan PLN, sehingga mengganggu aktivitas anak-anaknya belajar di malam hari, juga beberapa bahan makanan dan makanan yang disimpan di lemari es berubah rasa.
"Kemarin saya sempat buang sayuran dan ikan yang disimpan di lemari es, karena baunya tidak enak lagi," kata dia.
Ruri, warga Tulangbawang Barat mengharapkan PLN harus konsisten dalam memberikan pelayanan ke pelanggannya dan sebanding dengan apa yang telah dibayarkan.
"Kita kalau terlambat bayar bisa kena denda. Tetapi ketika mereka tidak memberikan pelayanan maksimal, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ini `kan tidak imbang," katanya.
Dia mengharapkan PLN kalau melakukan pemadaman jangan pada saat anak sekolah belajar, apalagi sekarang sedang menghadapi ujian.
"Memang `sih jam segitu katanya sedang pada kondisi puncak pemakaian. Tetapi apakah tidak bisa diupayakan. Kalau memang sudah bebannya tinggi, kenapa terus memberikan layanan sambungan baru dan mengganggu pelanggan yang lama. Seharusnya PLN bisa mengantisipasi hal itu, tidak dengan mengorbankan pelanggan yang lama," ujarnya lagi.
Pemadaman listrik yang juga dialami pelanggan PLN di Kota Bandarlampung pun dikeluhkan telah merugikan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena tidak semuanya memiliki cadangan genset.
"Pemadaman listrik yang sudah terjadi seminggu ini, sudah berdampak pada usaha saya," kata Kurniadi pengusaha laundry di Bandarlampung.
Dia mengatakan, seringnya pemadaman listrik membuat omzet menurun hingga 40 persen.
Selain anjlok pendapatannya, dirinya pun mengeluh karena pemadaman listrik membuat kinerja usahanya menjadi terhambat akibat banyak proses pekerjaan yang tertunda.
"Kami harap jangan sering-sering padam listrik. Kami ini sudah bayar mahal," katanya lagi.
Keluhan senada disampaikan pengusaha pembuatan es batu skala rumah tangga yang harus menanggung kerugian karena tidak bisa berproduksi.
Lala, pemilik warung yang menjual es batu di Kelurahan Way Kandis, Bandarlampung mengeluhkan es yang dibuatnya tidak ada yang menjadi batu atau mengeras karena pemadaman lampu sampai 10 jam lebih.
"Banyak pembeli yang batal, padahal biasanya bisa laku 20 biji per hari, tetapi karena listrik padam es tidak jadi," katanya pula.
Jika ini terus berlanjut hingga satu bulan ke depan, usaha seperti ini akan mati total sebab sangat membutuhkan listrik.
Sama halnya dengan pengusaha playstation yang menjadikan listrik sebagai kebutuhan dasar menjadi teraniaya.
"Sudah tiga hari warung game saya tutup akibat pemadaman listrik, jika dipaksa hidup ditakutkan alatnya mengalami kerusakan," kata Wanda warga Kelurahan Talang.
Dia mengatakan, penurunan pendapatan mencapai 50 persen karena sepi pengunjung, dalam sehari bisanya mendapatkan keuntungn Rp300 ribu kondisi seperti ini Rp150 ribu pun tidak sampai.
Ia melanjutkan, padahal dirinya selalu membayar listrik tepat waktu, akan tetapi karena tidak ada sikap profesional dari PLN usahanya hancur.
"Harusnya PLN bisa mengatasi masalah ini, sebab pemadaman bergilir sudah hampir terjadi setiap tahunnya," ujarnya.
Warga di Kabupaten Lampung Timur juga mengeluhkan pelayanan PT PLN, menyusul pemadaman aliran listrik yang telah terjadi pada sejumlah wilayah di kabupaten itu.
Menurut Khoiri, warga Kecamatan Bandar Sribhawono, pemadaman aliran listrik di daerahnya terjadi pada Selasa (29/9) malam pukul 20.00 WIB. Begitu pun pada hari berikutnya hingga awal Oktober ini.
Pemadaman itu mengakibatkan anaknya harus mengurungkan kegiatan belajarnya.
Selamet, warga Desa Karya Tani Kecamatan Labuhan Maringgai juga menyatakan pemadaman aliran listrik telah terjadi sejak Selasa di daerahnya, terjadi pada siang hari pukul 08.30 WIB, dan baru hidup lagi pada sore harinya pukul 15.00 WIB.
Dia pun mengatakan harus menghentikan pekerjaannya sebagai tukang las.
"Terpaksa saya hentikan pekerjaan saya, padahal banyak pesanan tralis dari para pelanggan," katanya.
Selain itu, Wati, ibu rumah tangga di Kecamatan Labuhan Maringgai yang biasa membuat es batu bagi para pedagang kecil, juga mengeluhkan pemadaman itu karena es batu buatannya tidak lagi membeku.
"Hari ini pun listik padam kembali, pukul 09.00 WIB, alamat es batu saya tidak laku lagi," katanya lagi.
Habib, warga Kecamatan Way Jepara juga mengatakan telah terjadi pemadaman beberapa kali di daerahnya.
Warga di Lampung Timur ini pun berharap pihak PLN disiplin dengan tidak seenaknya sendiri memadamkan aliran listrik setiap saat, sehingga mengganggu aktivitas warga.
Penyebab "Byar-Pet"
Berkaitan keluhan pengguna dan pelanggan listrik PLN itu, pihak PT PLN Distribusi Lampung mengakui, saat ini memang sedang dilakukan pemadaman bergilir di Bandarlampung, termasuk pada kabupaten/kota lainnya di daerah ini.
Pemadaman itu dilakukan secara bergiliran dan merata, setidaknya selama tiga jam sekali giliran, untuk mengurangi beban akibat kondisi defisit daya listrik di Lampung.
Pemadaman bergilir aliran listrik di Provinsi Lampung, menurut PT PLN berlangsung sejak 25 September 2015, karena defisit daya listrik sangat besar antara siang dan malam hari sekitar 80 megawatt, sehingga dilakukan pengurangan beban dengan pemadaman bergilir.
Manager Distribusi PT PLN Lampung, Alam Awaludin, menjelaskan penyebab defisit daya listrik di daerah ini adalah berkurang kemampuan daya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batutegi dan PLTA Way Besai, karena debit air berkurang akibat kemarau panjang.
"Selain itu, transfer daya listrik dari sistem Sumatera Bagian Selatan juga berkurang," katanya.
Alam merincikan, pada saat normal transfer daya listrik siang hari berkisar 200--250 MW, namun saat ini rata-rata yang bisa ditransfer hanya berkisar 146--208 MW, dan saat malam dalam kondisi normal, transfer daya listrik bisa mencapai 342 MW namun saat ini yang bisa ditransfer hanya berkisar 228--290 MW.
"Kondisi tersebut menimbulkan defisit daya listrik, sehingga kami memberlakukan pemadaman bergilir," ujarnya lagi.
Dia menguraikan pula rincian penyebab transfer daya listrik yang berkurang itu, yaitu PLTA yang ada tidak optimal karena musim kemarau berkepanjangan, pembangkit listrik tenaga gas tidak optimal karena kabut asap yang terjadi di Sumatera Bagian Tengah dan Selatan menyebabkan filter inlet mengalami gangguan yang berakibat penurunan daya mampu pembangkit, serta beberapa pembangkit gas mengalami gangguan.
"Penyebab lainnya adalah adanya pemeliharaan beberapa pembangkit, di antaranya PLTU Bukit Asam 1 dan 2, dan PLTG Keramasan 2 dan 3," kata Alam.
Ia juga menyebutkan penyebab berikutnya adalah beberapa pembangkit mengalami gangguan, di antaranya PLTU IPP Banjarsari 1, dan PLTG Talang Duku 2, Borang 1 dan 2, Indralaya, dan Gunung Megang.
Alam menjelaskan, daya mampu pembangkit Lampung dan transfer dari Sumatera Selatan dalam kondisi normal rata-rata sekitar 865 MW, dipasok oleh pembangkit sebesar 540 MW dan transfer 325 MW, dengan beban puncak tertinggi yang pernah tercapai 854 MW sehingga terdapat surplus 11 MW.
"Agar pasokan listrik Lampung handal, maka perlu tersedia cadangan minimal sebesar pembangkit terbesar di Lampung, yaitu 100 MW dan untuk mencapai keandalan yang cukup maka dibutuhkan cadangan pembangkit sebesar 30 persen dari beban puncak atau sekitar 256 MW," ujar dia.
Dia menegaskan, dengan kondisi defisit daya listrik di Lampung itu, terjadi pengurangan beban pagi, siang, dan malam, untuk menjaga kestabilan sistem sehingga tidak terjadi "black out" atau pemadaman total.
Pihaknya dalam jangka pendek mengupayakan mempercepat perbaikan pembangkit yang terganggu dan mempercepat proses pemeliharaan.
PT PLN Lampung mengimbau pelanggan agar menggunakan listrik dengan hemat dan seperlunya untuk menjaga kestabilan pasokan listrik terutama pada saat beban puncak pukul 17.00--22.00 WIB.
Pihaknya juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelanggan atas ketidaknyamanan yang dirasakan akibat pemadaman listrik yang terjadi saat ini.
"Atas kondisi ini, manajemen beserta seluruh pegawai PLN Distribusi Lampung memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pelanggan," kata Alam Awaludin.
Pengembangan Pembangkit Baru
Pemerintah Provinsi Lampung menghadapi permasalahan defisit daya listrik PT PLN itu, berupaya mendorong pengembangan pembangkit listrik baru untuk mengatasi defisit daya listrik, kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung, Taufik Hidayat.
Menurut Taufik, saat ini Rasio Elektrifikasi (RE) Provinsi Lampung mencapai 80,46 persen yang dilayani oleh PT PLN dan non-PLN.
Rasio Elektrifikasi PLN sejauh ini baru mencapai 75,88 persen.
Dia merincikan pula kondisi kelistrikan di Lampung, saat ini total pasokan daya listrik di Lampung mencapai 791,0 Megawatt (MW), dari kemampuan pembangkit 541 MW dan kemampuan transfer interkoneksi listrik Sumbagsel 250 MW.
Beban puncak daya listrik di Lampung mencapai 795,7 MW, dengan cadangan daya operasi minus (-4,7 MW).
"Artinya, hingga kini kondisi daya listrik di Lampung masih mengalami defisit," ujar Taufik lagi.
Padahal, katanya pula, kondisi cadangan daya listrik aman secara minimal sebesar 90 MW, kondisi aman sedang 180 MW, dan kondisi ideal 30 persen beban puncak, yaitu 230 MW.
Karena itu, Provinsi Lampung mendorong pembangunan pembangkit listrik baru, dengan prakiraan daya total mencapai 1.261 MW, dan mulai berjalan sejak 2013 hingga tahun 2021 mendatang, yaitu PLTU Tarahan (sudah berjalan), PLTG Sribawono, Semangka, Way Ratai, dan PLTP (panas bumi) Ulubelu 3 dan 4 sebesar 110 MW yang ditargetkan beroperasi tahun 2016--2017 (selain Ulubelu 1 dan 2 yang sudah berjalan).
Menurut Taufik, Provinsi Lampung juga memiliki potensi energi panas bumi sebesar 2.867 Megawatt equivalent (MWe) atau 10 persen dari potensi nasional.
Lampung termasuk provinsi ketiga terbesar memiliki potensi panas bumi di Indonesia, dan terbesar nomor tiga secara nasional setelah Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Kondisi defisit daya listrik di Lampung, antara lain dipengaruhi pertumbuhan konsumsi Listrik di daerah ini yang tertinggi di Sumatera, yaitu sebesar 7,76 persen pada tahun 2015 dibandingkan di Sumatera umumnya yang mencapai 5,1 persen.
"Pertumbuhan konsumsi listrik itu belum diimbangi dengan penambahan daya listrik dan pembangunan pembangkit listrik baru," ujar dia pula.
Taufik menyebutkan, suplai listrik Provinsi Lampung sekitar 36 persen berasal dari transfer (sistem interkoneksi Jawa-Sumatera) yang rentan gangguan atau tidak handal, dan selebihnya dipasok dari pembangkit di daerah ini.
Dia menyebutkan pula, rencana pembangunan pembangkit di Provinsi Lampung berdasarkan RUPTL 2015--2024 dengan penambahan kapasitas sebesar sedikitnya 961 MW.
Saat ini di Lampung sedang dibangun jalan tol Trans Sumatera dari Bakauheni, Lampung Selatan ke Terbanggi Besar, Lampung Tengah, dan akan diteruskan ke perbatasan Provinsi Sumatera Selatan, hingga selanjutnya dibangun jalan tol lintas Sumatera ini hingga sampai Provinsi Aceh, dalam beberapa tahun ke depan.
Akankah defisit daya listrik PLN di Lampung makin parah berlanjut bila jalan tol itu beroperasi dan hampir pasti akan diikuti peningkatan sektor industri dan usaha jasa yang makin berkembang di Provinsi Lampung secara otomatis juga memerlukan dukungan daya listrik secara memadai.
Provinsi Lampung terancam menghadapi krisis listrik ke depan, bila tidak segera menemukan solusi defisit daya listrik itu, mengingat saat ini saja belum mampu mengatasi defisit daya listrik sehingga harus menerapkan pemadaman bergilir selama minimal tiga jam bagi para pelanggannya.
Apalagi nanti dengan kian bertumbuh sektor industri dan usaha jasa, menyusul keberadaan jalan tol dan perkiraan pertumbuhan pembangunan dan sektor ekonomi yang terus berkembang.
Semuanya memerlukan pasokan daya listrik untuk mendukungnya.
Agaknya memang sangat mendesak perlu langkah terobosan dan keberanian dari penentu kebijakan maupun pihak PT PLN Distribusi Lampung untuk solusi segera memenuhi peningkatan kebutuhan daya listrik yang makin besar ini.
Bila tidak menghendaki "byar-pet" terus berlanjut yang merugikan masyarakat dan dunia usaha di daerah ini, serta untuk menghindari ancaman krisis listrik benar-benar akan terjadi, solusi cepat dan tepat itu harus segera dijalankan.