Lampung Timur (ANTARA Lampung) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) kembali mengajak sepuluh pejuang keanekaragaman hayati atau Biodiversity Warriors untuk mengungkap potensi ekowisata di Desa Labuhanratu 9 Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.
Desa yang berdekatan dengan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) ini sedang ingin berkembang menjadi ekowisata berbasis desa melalui pendampinganYayasan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA), mitraprogram KEHATI, Tropical Forest Conservastion Action (TFCA) Sumatera.
Biodiversity Warriors adalah gerakan generasi muda yang diinisiasi oleh Yayasan KEHATI untuk mempopulerkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia melalui dunia maya. Petualangan sepuluh pejuang tersebut merupakan kegiatan Biodiversity Warriors Journey yang kedua.
Setahun yang lalu mereka mengungkap keanekaragaman hayati di hutan purba yang terletak di dasar Gua Jomblang Yogyakarta. Sebanyak sepuluh mahasiswa potensial ini terpilih dari keaktifan mereka menyebarluaskan informasi tentang keanekaragaman hayati di daerahnya.
Sebanyak lebih dari 1.000 anak muda telah bergabung di gerakan Biodiversity Warriors, masing-masing ditantang untuk menulis atau mengirimkan foto tentang keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
Informasi yang diberikan dapat berupa keunikan atau pun kegunaannya. Di antara mereka, dipilih 10 warriors yang paling aktif berbagi informasi dan telah mengumpulkan 1.000 poin.
Selama empat hari (18--21 September 2015), para generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia ini dibawa oleh Yayasan KEHATI melakukan petualangan ke Taman Nasional Way Kambas dan tinggal di desa ekowisata di LabuhanRatu 9. Hutan konservasi seluas lebih dari 125.000 hektare ini memiliki spektrum ekosistem yang besar mulai dari hutan mangrove, rawa, dataran rendah, hingga hutan tanah kering. Di dalamnya juga tersimpan banyak potensi flora dan fauna. Salah satunya adalah Pusat Konservasi Gajah yang menjadi satu-satunya di Sumatera.
Sedangkan ekowisata desa di LabuhanRatu 9, merupakan salah satu upaya untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses konservasi. Yayasan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA) berkonsentrasi membangun masyarakat untuk dapat ikut merasakan manfaat adanya taman nasional yang berbatasan langsung dengan desa mereka. Pengembangan ekowisata dapat mendorong kontribusi masyarakat untuk sama-sama menjaga kelestarian taman nasional.
Selama berada di Desa LabuhanRatu 9, mereka ditantang untuk menggali potensi keragamanhayati di sana. Dimulai dengan mengunjungi Pusat Konservasi Gajah, melakukan pengamatan satwa malam, melihat budidaya jambu kristal, hingga penjelajahan ke dalam Taman Nasional Way Kambas. Data yang mereka ambil akan dirangkum dan dijadikan bahan informasi wisata untuk bekal masyarakat mempromosikan daerahnya.
"Mereka tidak hanya berpetualang melihat keanekaragamanhayati di Desa LabuhanRatu 9 dan Taman Nasional Way Kambas, para generasi muda ini mempunyai tugas untuk memberikan ilmu mereka pada masyarakat," ujar Education and Outreach Officer Yayasan KEHATI, Rosyid Nurul Hakiim, di Desa LabuhanRatu 9, Senin (21/9).
Sebagai bekal mereka menggali potensi ekowsiata, dilakukanlah pelatihan menulis dan fotografi.
Pelatihan tersebut menjadi bekal untuk mengasah kemampuan Biodiversity Warriors agar dapat menceritakan potensi Desa Labuhan Ratu 9 dan mempopulerkan keanekaragamanhayati di Indonesia.Hal ini berkaitan erat dengan tujuan gerakan Biodiversity Warriors, yaitu mengenalkan keragaman, keunikan, dan kegunaan keanekaragamanhayati di Indonesia kepada masyarakat luas. "Diharapkan dari proses ini akan muncul ketertarikan terhadap keanekaragamanhayati Indonesia dan keinginan untuk melindunginya," kata Rosyid pula.
Salah satu warriors terpilih, Zulfikar, mahasiswa JurusanBiologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mengatakan bahwa kegiatan Biodiversity Warriors Journey ini sangat menarik.
"Ini adalah pengalaman pertama saya ke Taman Nasional Way Kambas. Bagi saya kegiatan ini sangat bermanfaat, untuk mengenal keanekaragamanhayati yang dimiliki oleh Indonesia,''ujarnya lagi.
Mahasiswa semester lima ini ingin menularkan semangat kepada teman-temannya di Aceh untuk lebih mengapresiasi keanekaragamanhayati yang dimiliki daerahnya.
Peserta lainnya, Adam Sudrajat dari FakultasBiologi UniversitasNasional Jakarta, mengatakan bahwa mengikuti Biodiversity Warriors Journey membuka kemungkinan untuk bertemu dengan satwa-satwa unik.
"Saat pengamatan di hutan taman nasional, saya menemukan 12 jenis burung yang baru pertama kali saya lihat," ujarnya lagi.
Dia merasa bersemangat dalam pengamatan karena hanya di pinggir jalansaja, burung-burung sudah banyak berseliweran. "Berbeda dengan di Jawa, yang kita harus masuk-masuk ke dalam," kata dia pula.
Ia berharap dengan bergabung bersama Biodiversity Warrios, dapat terus berkontribusi untuk keanekaragamanhayati di Indonesia.
Yayasan KEHATI ingin mendorong lebih banyak generasi muda yang tertarik dengan keanekaragamanhayati Indonesia melalui kegiatan ini, sehingga akan muncul semangat Biodiversity Warriors lain di berbagai daerah. Pada akhirnya dari rasa suka dengan keanekaragamanhayati itu, semangat pelestarian akan terusberkembang, kata Education and Outreach Officer KEHATI, Rosyid Nurul Hakiim lagi.
Desa yang berdekatan dengan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) ini sedang ingin berkembang menjadi ekowisata berbasis desa melalui pendampinganYayasan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA), mitraprogram KEHATI, Tropical Forest Conservastion Action (TFCA) Sumatera.
Biodiversity Warriors adalah gerakan generasi muda yang diinisiasi oleh Yayasan KEHATI untuk mempopulerkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia melalui dunia maya. Petualangan sepuluh pejuang tersebut merupakan kegiatan Biodiversity Warriors Journey yang kedua.
Setahun yang lalu mereka mengungkap keanekaragaman hayati di hutan purba yang terletak di dasar Gua Jomblang Yogyakarta. Sebanyak sepuluh mahasiswa potensial ini terpilih dari keaktifan mereka menyebarluaskan informasi tentang keanekaragaman hayati di daerahnya.
Sebanyak lebih dari 1.000 anak muda telah bergabung di gerakan Biodiversity Warriors, masing-masing ditantang untuk menulis atau mengirimkan foto tentang keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
Informasi yang diberikan dapat berupa keunikan atau pun kegunaannya. Di antara mereka, dipilih 10 warriors yang paling aktif berbagi informasi dan telah mengumpulkan 1.000 poin.
Selama empat hari (18--21 September 2015), para generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia ini dibawa oleh Yayasan KEHATI melakukan petualangan ke Taman Nasional Way Kambas dan tinggal di desa ekowisata di LabuhanRatu 9. Hutan konservasi seluas lebih dari 125.000 hektare ini memiliki spektrum ekosistem yang besar mulai dari hutan mangrove, rawa, dataran rendah, hingga hutan tanah kering. Di dalamnya juga tersimpan banyak potensi flora dan fauna. Salah satunya adalah Pusat Konservasi Gajah yang menjadi satu-satunya di Sumatera.
Sedangkan ekowisata desa di LabuhanRatu 9, merupakan salah satu upaya untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses konservasi. Yayasan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA) berkonsentrasi membangun masyarakat untuk dapat ikut merasakan manfaat adanya taman nasional yang berbatasan langsung dengan desa mereka. Pengembangan ekowisata dapat mendorong kontribusi masyarakat untuk sama-sama menjaga kelestarian taman nasional.
Selama berada di Desa LabuhanRatu 9, mereka ditantang untuk menggali potensi keragamanhayati di sana. Dimulai dengan mengunjungi Pusat Konservasi Gajah, melakukan pengamatan satwa malam, melihat budidaya jambu kristal, hingga penjelajahan ke dalam Taman Nasional Way Kambas. Data yang mereka ambil akan dirangkum dan dijadikan bahan informasi wisata untuk bekal masyarakat mempromosikan daerahnya.
"Mereka tidak hanya berpetualang melihat keanekaragamanhayati di Desa LabuhanRatu 9 dan Taman Nasional Way Kambas, para generasi muda ini mempunyai tugas untuk memberikan ilmu mereka pada masyarakat," ujar Education and Outreach Officer Yayasan KEHATI, Rosyid Nurul Hakiim, di Desa LabuhanRatu 9, Senin (21/9).
Sebagai bekal mereka menggali potensi ekowsiata, dilakukanlah pelatihan menulis dan fotografi.
Pelatihan tersebut menjadi bekal untuk mengasah kemampuan Biodiversity Warriors agar dapat menceritakan potensi Desa Labuhan Ratu 9 dan mempopulerkan keanekaragamanhayati di Indonesia.Hal ini berkaitan erat dengan tujuan gerakan Biodiversity Warriors, yaitu mengenalkan keragaman, keunikan, dan kegunaan keanekaragamanhayati di Indonesia kepada masyarakat luas. "Diharapkan dari proses ini akan muncul ketertarikan terhadap keanekaragamanhayati Indonesia dan keinginan untuk melindunginya," kata Rosyid pula.
Salah satu warriors terpilih, Zulfikar, mahasiswa JurusanBiologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mengatakan bahwa kegiatan Biodiversity Warriors Journey ini sangat menarik.
"Ini adalah pengalaman pertama saya ke Taman Nasional Way Kambas. Bagi saya kegiatan ini sangat bermanfaat, untuk mengenal keanekaragamanhayati yang dimiliki oleh Indonesia,''ujarnya lagi.
Mahasiswa semester lima ini ingin menularkan semangat kepada teman-temannya di Aceh untuk lebih mengapresiasi keanekaragamanhayati yang dimiliki daerahnya.
Peserta lainnya, Adam Sudrajat dari FakultasBiologi UniversitasNasional Jakarta, mengatakan bahwa mengikuti Biodiversity Warriors Journey membuka kemungkinan untuk bertemu dengan satwa-satwa unik.
"Saat pengamatan di hutan taman nasional, saya menemukan 12 jenis burung yang baru pertama kali saya lihat," ujarnya lagi.
Dia merasa bersemangat dalam pengamatan karena hanya di pinggir jalansaja, burung-burung sudah banyak berseliweran. "Berbeda dengan di Jawa, yang kita harus masuk-masuk ke dalam," kata dia pula.
Ia berharap dengan bergabung bersama Biodiversity Warrios, dapat terus berkontribusi untuk keanekaragamanhayati di Indonesia.
Yayasan KEHATI ingin mendorong lebih banyak generasi muda yang tertarik dengan keanekaragamanhayati Indonesia melalui kegiatan ini, sehingga akan muncul semangat Biodiversity Warriors lain di berbagai daerah. Pada akhirnya dari rasa suka dengan keanekaragamanhayati itu, semangat pelestarian akan terusberkembang, kata Education and Outreach Officer KEHATI, Rosyid Nurul Hakiim lagi.