Jakarta (ANTARA Lampung) - Berawal dari iseng mengutak-atik tumpukan koran bekas pada tahun 2010, membuat namanya dikenal sebagai salah satu pelopor pemanfaatan daur ulang. Kini produk dari koran bekas hasil karyanya semakin terkenal hingga beberapa negara pun meliriknya.
Dialah pemilik "Ranny Kreasi" yang beralamat di Jalan Saaba, Jakarta Barat 11640. Perempuan 51 tahun bernama lengkap Haerani Erlina Fairda itu kini menjadi salah satu andalah Pemprov DKI Jakarta dalam usaha mengembangkan produk kreatif daur ulang.
Produk-produk kreatif yang dibuat secara keseluruhan berasal dari daur ulang koran bekas dengan harga Rp5 ribu hingga Rp150 ribu, di antaranya alas lantai atau tikar, tempat tisu, tempat bunga, hiasan dinding serta berbagai macam produk kreatif lainnya.
Dari penampilan produknya diakui memang tampak sepele karena terbuat dari koran bekas, bahkan sejumlah konsumsen yang melihat kali pertama tidak percaya jika produkyna terbuat dari koran bekas. Produk kertas atau koran diakui tidak akan memiliki ketahanan yang lama.
Rasa tidak percaya konsumen itu pun akhirnya terbantahkan karena menurut Ranny, produknya terbukti tahan lama meski berbahan dasar koran bekas, bahkan ibu dua anak dan satu cucu ini mengakui sudah mendapat apresiasi dari berbagai pihak, khususnya konsumen.
Ranny punya cara tersendiri supaya produknya tahan lama dan bisa disesuaikan dengan model yang akan dibuat, yakni menggunakan bahan baku murah dan mudah didapat, seperti lem kayu, flitur, gunting, lap, furnis, ember, cetakan dan tentunya bahan dasar koran bekas.
Cara pembuatannya pun sederhana, yakni menggunting koran selebar lima centimeter lalu dibasahi dan dilinting panjang dengan proses pelintingan bervariasi tergantung pada panas matahari.
"Proses pengeringan sangat bergantung pada matahari. Jika menggunakan alat pemanas, kertas koran tidak akan mengering rata, makanya lebih baik pengeringan matahari," tuturnya.
Setelah kering, selanjutnya membentuk lintingan kertas sesuai bentuk yang diinginkan melalui bantuan lem kayu. Dan setelah terbentuk barang yang diinginkan proses terakhir melakukan pernis agar barang tersebut awet.
Ranny mengaku, usahanya dilatarbelakangi dari dorongan ingin memanfaatkan koran bekas yang sering ditemui sebagai barang yang tidak bermanfaat, dan ingin membuatnya menarik melalui serangkaian proses kreatif dan semangat berinovasi.
Usahanya yang dimulai dengan modal hanya Rp100 ribu dan mengajak satu karyawan bergabung, kini setelah melakukan eksperimen dan menghasilkan karya yang memiliki nilai keindahan dan banyak yang meminati. Jumlah karyawan itu pun bertambah menjadi 30 orang dan penghasilannya kini mencapai Rp5 juta hingga Rp7 juta.
Dari situlah kemudian prestasi berdatangan, seperti juara 1 UKM Award Kemenkop dan UKM 2012 dan juara 1 Entrepreneurship, Ciputra Entrepreneur 2012.
Ia mengatakan, usahanya memunyai banyak manfaat, yakni selain ekonomi, juga bisa membuka peluang usaha baru bagi masyarakat melalui industri kreatif dan mandiri serta mencerahkan masyarakat untuk terus berinovasi dari benda-benda yang tidak memiliki nilai.
"Kerajinan koran bekas bermanfaat juga membangun kerja sama antarmasyarakat dalam kepedulian lingkungan melalui penanganan limbah 3R, reuse, recycle, reduce (memanfaatkan lagi, mendaur ulang, mengurangi)," katanya.
Sehingga, masyarakat menjadi terlatih untuk peduli lingkungan karena cara yang digunakan lebih mengasyikkan melalui kerajinan.
Siap Hadapi MEA
Ranny mengatakan apresiasi dan respons positif yang datang dari luar negeri, seperti Tiongkok, Belanda dan Thailand terhadap produknya, membuat dirinya siap bersaing dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dilakukan pada 2015.
"Dari luar memang bagus responsnya, sebab orang-orang dari Tiongkok, Bangkok, Belanda heran kalau produk ini dibuat dari koran," katanya.
Wanita berjilbab itu yakin, produk yang dibuatnya dapat bersaing di kawasan karena memang berkualitas dengan harga yang bersaing.
Meski begitu, ia masih memiliki kelemahan yakni belum bisa memproduksi barang dalam jumlah besar karena pembuatannya masih manual dengan tenaga manusia dan belum bisa digantikan mesin.
Untuk itu, ia berharap mendapat dukungan pemerintah dalam pemasaran agar produknya dapat dipasarkan lebih luas agar dilirik oleh konsumen yang lebih luas terutama masyarakat ASEAN, sebab saat ini produk Ranny hanya dipasarkan lewat internet dan workshopnya.
Harapan lainnya, ia ingin mendapatkan perlindungan dari imitasi produsen luar negeri yang lebih unggul dalam hal pemasaran sehingga produknya kalah padahal dialah pemiliki ide produk itu.
Menanggapi kekhawatiran itu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta menyiapkan galeri untuk memamerkan aneka produk industri kreatif di Ibu Kota di Balai Kota.
Sekretaris Dekranasda DKI Jakarta, Ade Hasan Basri mengatakan mulai Februari 2014 galeri di Balai Kota akan diluncurkan galeri khusus produk pengrajin asli Jakarta.
Ia mengatakan adanya galeri tersebut akan mendorong produk kreatif tumbuh pesat sehingga mendorong perekonomian.
Sedangkan untuk masalah imitasi atau pelanggaran intelectual property rights (IPR), Komisi Informasi Pusat (KIP) akan mengembangkan konsep perlindungan data pribadi agar data pelaku ekonomi Indonesia tidak mudah diakses oleh pesaing di ASEAN.
"Kami khawatir informasi pribadi dan data-datanya digunakan pihak luar, jadi kami akan mengembangkan konsep perlindungan data pribadi agar tidak dimanfaatkan negara-negara ASEAN lain," kata Wakil Ketua KIP John Fresley.
Selain mengembangkan konsep perlindungan data, KIP juga akan mendorong negara ASEAN menerapkan keterbukaan informasi sebelum mengakses informasi Indonesia.
KIP telah melakukan kajian dan mengidentifikasi beberapa kementerian yang harus berperan aktif mengajak negara ASEAN terbuka dalam informasi menjelang MEA, seperti kementerian perdagangan, kementerian luar negeri dan kementerian komunikasi dan informatika.
KIP juga akan mendorong pemerintah terkait lebih tegas mengatur pertukaran informasi antarpelaku bisnis, terutama pebisnis Indonesia agar tidak mudah membeberkan informasi penting pada rekan bisnis dari negara ASEAN lain.
Pengaturan itu dapat berupa regulasi yang dikeluarkan lembaga eksekutif Indonesia pada semua pihak yang terlibat dalam MEA untuk kewajiban bertukar informasi yang bermanfaat.
Koordinasi yang baik antara pemerintah dan UKM diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pemenang di negara sendiri dan kawasan saat pasar bebas dijalankan.
Dialah pemilik "Ranny Kreasi" yang beralamat di Jalan Saaba, Jakarta Barat 11640. Perempuan 51 tahun bernama lengkap Haerani Erlina Fairda itu kini menjadi salah satu andalah Pemprov DKI Jakarta dalam usaha mengembangkan produk kreatif daur ulang.
Produk-produk kreatif yang dibuat secara keseluruhan berasal dari daur ulang koran bekas dengan harga Rp5 ribu hingga Rp150 ribu, di antaranya alas lantai atau tikar, tempat tisu, tempat bunga, hiasan dinding serta berbagai macam produk kreatif lainnya.
Dari penampilan produknya diakui memang tampak sepele karena terbuat dari koran bekas, bahkan sejumlah konsumsen yang melihat kali pertama tidak percaya jika produkyna terbuat dari koran bekas. Produk kertas atau koran diakui tidak akan memiliki ketahanan yang lama.
Rasa tidak percaya konsumen itu pun akhirnya terbantahkan karena menurut Ranny, produknya terbukti tahan lama meski berbahan dasar koran bekas, bahkan ibu dua anak dan satu cucu ini mengakui sudah mendapat apresiasi dari berbagai pihak, khususnya konsumen.
Ranny punya cara tersendiri supaya produknya tahan lama dan bisa disesuaikan dengan model yang akan dibuat, yakni menggunakan bahan baku murah dan mudah didapat, seperti lem kayu, flitur, gunting, lap, furnis, ember, cetakan dan tentunya bahan dasar koran bekas.
Cara pembuatannya pun sederhana, yakni menggunting koran selebar lima centimeter lalu dibasahi dan dilinting panjang dengan proses pelintingan bervariasi tergantung pada panas matahari.
"Proses pengeringan sangat bergantung pada matahari. Jika menggunakan alat pemanas, kertas koran tidak akan mengering rata, makanya lebih baik pengeringan matahari," tuturnya.
Setelah kering, selanjutnya membentuk lintingan kertas sesuai bentuk yang diinginkan melalui bantuan lem kayu. Dan setelah terbentuk barang yang diinginkan proses terakhir melakukan pernis agar barang tersebut awet.
Ranny mengaku, usahanya dilatarbelakangi dari dorongan ingin memanfaatkan koran bekas yang sering ditemui sebagai barang yang tidak bermanfaat, dan ingin membuatnya menarik melalui serangkaian proses kreatif dan semangat berinovasi.
Usahanya yang dimulai dengan modal hanya Rp100 ribu dan mengajak satu karyawan bergabung, kini setelah melakukan eksperimen dan menghasilkan karya yang memiliki nilai keindahan dan banyak yang meminati. Jumlah karyawan itu pun bertambah menjadi 30 orang dan penghasilannya kini mencapai Rp5 juta hingga Rp7 juta.
Ia yang awalnya hanya berkeliling ke tingkat kelurahan, kini bisa sampai ke luar negeri mengikuti perlombaan daur ulang.
Dari situlah kemudian prestasi berdatangan, seperti juara 1 UKM Award Kemenkop dan UKM 2012 dan juara 1 Entrepreneurship, Ciputra Entrepreneur 2012.
Ia mengatakan, usahanya memunyai banyak manfaat, yakni selain ekonomi, juga bisa membuka peluang usaha baru bagi masyarakat melalui industri kreatif dan mandiri serta mencerahkan masyarakat untuk terus berinovasi dari benda-benda yang tidak memiliki nilai.
"Kerajinan koran bekas bermanfaat juga membangun kerja sama antarmasyarakat dalam kepedulian lingkungan melalui penanganan limbah 3R, reuse, recycle, reduce (memanfaatkan lagi, mendaur ulang, mengurangi)," katanya.
Sehingga, masyarakat menjadi terlatih untuk peduli lingkungan karena cara yang digunakan lebih mengasyikkan melalui kerajinan.
Siap Hadapi MEA
Ranny mengatakan apresiasi dan respons positif yang datang dari luar negeri, seperti Tiongkok, Belanda dan Thailand terhadap produknya, membuat dirinya siap bersaing dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dilakukan pada 2015.
"Dari luar memang bagus responsnya, sebab orang-orang dari Tiongkok, Bangkok, Belanda heran kalau produk ini dibuat dari koran," katanya.
Wanita berjilbab itu yakin, produk yang dibuatnya dapat bersaing di kawasan karena memang berkualitas dengan harga yang bersaing.
Meski begitu, ia masih memiliki kelemahan yakni belum bisa memproduksi barang dalam jumlah besar karena pembuatannya masih manual dengan tenaga manusia dan belum bisa digantikan mesin.
Untuk itu, ia berharap mendapat dukungan pemerintah dalam pemasaran agar produknya dapat dipasarkan lebih luas agar dilirik oleh konsumen yang lebih luas terutama masyarakat ASEAN, sebab saat ini produk Ranny hanya dipasarkan lewat internet dan workshopnya.
Harapan lainnya, ia ingin mendapatkan perlindungan dari imitasi produsen luar negeri yang lebih unggul dalam hal pemasaran sehingga produknya kalah padahal dialah pemiliki ide produk itu.
Menanggapi kekhawatiran itu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta menyiapkan galeri untuk memamerkan aneka produk industri kreatif di Ibu Kota di Balai Kota.
Sekretaris Dekranasda DKI Jakarta, Ade Hasan Basri mengatakan mulai Februari 2014 galeri di Balai Kota akan diluncurkan galeri khusus produk pengrajin asli Jakarta.
Menurutnya, galeri di Balai Kota sangat strategis karena tamu daerah atau negara yang berkunjung ke Pemprov DKI Jakarta bisa membeli atau hanya sekedar melihat produk-produk kreatif Jakarta.
Ia mengatakan adanya galeri tersebut akan mendorong produk kreatif tumbuh pesat sehingga mendorong perekonomian.
Sedangkan untuk masalah imitasi atau pelanggaran intelectual property rights (IPR), Komisi Informasi Pusat (KIP) akan mengembangkan konsep perlindungan data pribadi agar data pelaku ekonomi Indonesia tidak mudah diakses oleh pesaing di ASEAN.
"Kami khawatir informasi pribadi dan data-datanya digunakan pihak luar, jadi kami akan mengembangkan konsep perlindungan data pribadi agar tidak dimanfaatkan negara-negara ASEAN lain," kata Wakil Ketua KIP John Fresley.
Selain mengembangkan konsep perlindungan data, KIP juga akan mendorong negara ASEAN menerapkan keterbukaan informasi sebelum mengakses informasi Indonesia.
KIP telah melakukan kajian dan mengidentifikasi beberapa kementerian yang harus berperan aktif mengajak negara ASEAN terbuka dalam informasi menjelang MEA, seperti kementerian perdagangan, kementerian luar negeri dan kementerian komunikasi dan informatika.
KIP juga akan mendorong pemerintah terkait lebih tegas mengatur pertukaran informasi antarpelaku bisnis, terutama pebisnis Indonesia agar tidak mudah membeberkan informasi penting pada rekan bisnis dari negara ASEAN lain.
Pengaturan itu dapat berupa regulasi yang dikeluarkan lembaga eksekutif Indonesia pada semua pihak yang terlibat dalam MEA untuk kewajiban bertukar informasi yang bermanfaat.
Koordinasi yang baik antara pemerintah dan UKM diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pemenang di negara sendiri dan kawasan saat pasar bebas dijalankan.