Medan (Antara) - Mantan Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro mengatakan, jabatan yang diembannya selama ini penuh dengan tantangan karena banyaknya potensi konflik di provinsi itu.
"Kalau bahasa Medannya, 'ngeri-ngeri sedap'," katanya dalam acara pisah sambut dengan unsur forum komunikasi pimpinan daerah dan tokoh masyarakat Sumut di Medan, Jumat (14/6) malam.
Menurut Wisjnu, sebagai provinsi yang memiliki etnis yang sangat beragam, pihaknya harus menghadapi berbagai karakter warga dan kelompok masyarakat.
Demikian juga dengan potensi konflik yang ada, mulai dari sengketa tanah, pilkada, pertambangan, premanisme, korupsi, hingga aksi terorisme,
Lain lagi dengan kemungkinan adanya kelompok masyarakat yang telah mengenalnya sejak lama sehingga dapat menimbulkan tidak terlalu mempedulikan kepemimpinannya di Polda Sumut.
Berbagai potensi konflik tersebut bisa saja berkembang menjadi permalasahan serius yang dapat mengganggu kamtibmas yang menjadi tanggung jawab Polda.
Namun, karena pernah menetap di Kota Medan dan mendapatkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, berbagai potensi konflik tersebut dapat diredam.
"Kalau pun ada (konflik), masih bisa ditolerir. Jadi, ngeri-ngeri sedap. Karena besar di Medan, sedapnya ada," katanya.
Kapolda Sumut yang baru Irjen Pol Syarief Gunawan mengatakan, pihaknya sangat mengharapkan kerja sama dari berbagai elemen masyarakat untuk menyukseskan tugas kepolisian di daerah itu.
Kerja sama dan dukungan tersebut sangat dibutuhkan karena pihaknya akan menghadapi berbagai tantangan tugas di Sumut, terutama di Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia.
"Mohon dibantu agar bisa merasakan 'sedapnya' Medan," katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo melantik Irjen Pol Syarief Gunawan yang merupakan alumni Akbari tahun 1982 sebagai Kapolda Sumut.
Irjen Pol Syarief Gunawan menggantikan Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang merupakan alumni Akabri 1978 dan dimutasi menjadi Wakil Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri.
"Kalau bahasa Medannya, 'ngeri-ngeri sedap'," katanya dalam acara pisah sambut dengan unsur forum komunikasi pimpinan daerah dan tokoh masyarakat Sumut di Medan, Jumat (14/6) malam.
Menurut Wisjnu, sebagai provinsi yang memiliki etnis yang sangat beragam, pihaknya harus menghadapi berbagai karakter warga dan kelompok masyarakat.
Demikian juga dengan potensi konflik yang ada, mulai dari sengketa tanah, pilkada, pertambangan, premanisme, korupsi, hingga aksi terorisme,
Lain lagi dengan kemungkinan adanya kelompok masyarakat yang telah mengenalnya sejak lama sehingga dapat menimbulkan tidak terlalu mempedulikan kepemimpinannya di Polda Sumut.
Berbagai potensi konflik tersebut bisa saja berkembang menjadi permalasahan serius yang dapat mengganggu kamtibmas yang menjadi tanggung jawab Polda.
Namun, karena pernah menetap di Kota Medan dan mendapatkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, berbagai potensi konflik tersebut dapat diredam.
"Kalau pun ada (konflik), masih bisa ditolerir. Jadi, ngeri-ngeri sedap. Karena besar di Medan, sedapnya ada," katanya.
Kapolda Sumut yang baru Irjen Pol Syarief Gunawan mengatakan, pihaknya sangat mengharapkan kerja sama dari berbagai elemen masyarakat untuk menyukseskan tugas kepolisian di daerah itu.
Kerja sama dan dukungan tersebut sangat dibutuhkan karena pihaknya akan menghadapi berbagai tantangan tugas di Sumut, terutama di Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia.
"Mohon dibantu agar bisa merasakan 'sedapnya' Medan," katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo melantik Irjen Pol Syarief Gunawan yang merupakan alumni Akbari tahun 1982 sebagai Kapolda Sumut.
Irjen Pol Syarief Gunawan menggantikan Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang merupakan alumni Akabri 1978 dan dimutasi menjadi Wakil Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri.