Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Akademisi Universitas Lampung Asrian
Hendi Cahya menyarankan pemerintah dan Pertamina melakukan transparansi
informasi tentang penyebab antrian BBM bersubsidi untuk mencegah "panic
buying" di kalangan konsumen.
"Panic buying itu menjadi salah satu faktor penyebab persediaan premium di SPBU cepat habis dan terkesan terjadi kelangkaan," kata dia, di Bandarlampung, Minggu.
Menurut dia, ketidaktransparanan informasi mengenai pasokan premium dan ketidaksesuaian antara informasi yang disajikan di koran dengan fenomena yang dirasakan masyarakat di lapangan, semakin memperkeruh suasana, sehingga pemandangan antrian panjang kendaraan di SPBU seluruh Lampung untuk membeli BBM bersubsidi marak terjadi dua pekan belakangan.
"Pemerintah daerah tidak dapat berbuat banyak mengatasi hal ini, karena masalah distribusi dan naik tidaknya harga BBM itu sepenuhnya otoritas pusat, namun mereka dapat memanggil Pertamina untuk menanyakan beberapa hal, demi transparansi informasi tersebut," kata dia. (ANTARA)
"Panic buying itu menjadi salah satu faktor penyebab persediaan premium di SPBU cepat habis dan terkesan terjadi kelangkaan," kata dia, di Bandarlampung, Minggu.
Menurut dia, ketidaktransparanan informasi mengenai pasokan premium dan ketidaksesuaian antara informasi yang disajikan di koran dengan fenomena yang dirasakan masyarakat di lapangan, semakin memperkeruh suasana, sehingga pemandangan antrian panjang kendaraan di SPBU seluruh Lampung untuk membeli BBM bersubsidi marak terjadi dua pekan belakangan.
"Pemerintah daerah tidak dapat berbuat banyak mengatasi hal ini, karena masalah distribusi dan naik tidaknya harga BBM itu sepenuhnya otoritas pusat, namun mereka dapat memanggil Pertamina untuk menanyakan beberapa hal, demi transparansi informasi tersebut," kata dia. (ANTARA)