Jakarta (ANTARA) - Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan Dr Emrus Sihombing mengingatkan kekuatan oposisi jangan sebatas dilihat dari perolehan kursi di parlemen.

"Begini, sekalipun nanti cuma Partai Keadilan Sejahtera (PKS), cuma satu yang di oposisi pun tak masalah," katanya, saat dikonfirmasi Antara, di Jakarta, Sabtu, menanggapi perkembangan peta koalisi partai politik.

Menurut dia, kebanyakan orang menganggap oposisi harus memiliki perolehan kursi yang seimbang di DPR.

Ketika zaman dulu belum ada media sosial, kata dia, anggapan tersebut benar. Tetapi, pandangan semacam itu sekarang ini tidak berlaku lagi.

"Kenapa? Masyarakat sekarang ini bisa berperan mendukung pemerintah atau menjadi oposisi, melalui media sosial (medsos)," katanya.

Baca juga: Jokowi: Silahkan oposisi asal jangan menimbulkan dendam dan kebencian

Baca juga: PSI: Rekonsiliasi wajib tapi oposisi perlu

Baca juga: Pengamat sepakat hidupkan oposisi untuk demokrasi berkualitas


Seiring dengan itu, kata Direktur Eksekutif Emrus Corner itu, banyak konsep politik yang mengalami perubahan karena medsos memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan sosial.

"Jadi, salah besar jika hanya PKS di oposisi maka tidak akan seimbang. Tidak bisa 'check and balance', siapa bilang?" katanya.

Demokrasi, kata dia, harus dilihat dari aspek kualitatif sehingga kekuatan oposisi tidak lagi sebatas dilihat dari jumlah kursi.

Emrus mengatakan jika nantinya partai-partai besar, seperti Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Gerindra bergabung ke pemerintahan tidak masalah.

"Rakyat juga bisa melakukan 'check and balance'. Apakah PKS sebagai oposisi tidak bisa mengajukan program dan gagasan yang menjadi antitesis pemerintah? Kan tetap bisa," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019