Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berharap kegiatan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana di regional Jawa bisa menjadi pengingat akan potensi ancaman bencana itu.

"Yang jelas karena Bantul itu punya potensi ancaman tsunami, sehingga ketika ada ekspedisi itu bisa menjadi suatu pengingat lagi bahwa Bantul punya potensi ancaman itu," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Bantul Aka Luk Luk Firmansyah di Bantul, Senin.

Ekspedisi Desa Tangguh Becana (Destana) Tsunami yang dilaksanakan BNPB bersama BPBD kabupaten/kota di Jawa sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu dan berakhir pada 16 Agustus 2019, dan di wilayah Bantul berlangsung pada 27 dan 28 Juli di Tempat Evakuasi Sementara (TES) Poncosari Srandakan.

Oleh karena itu, kata dia, kegiatan serupa atau kegiatan yang dirangkai dengan mitigasi bencana dengan melibatkan para relawan dari berbagai komunitas perlu terus diintensifkan terutama di wilayah pesisir yang punya potensi ancaman tsunami setelah ada gempa bumi atau pemicu lainnya.

"Ke depan perlu intens, agar masing-masing relawan dari berbagai macam komunitas itu bisa semakin erat hubungannya, karena biasanya mereka (relawan) ketemu saat kejadian kebencanaan, tapi kemarin dipertemukan dalam situasi kegiatan mitigasi-mitigasi," katanya.

Ia juga mengatakan, sedangkan dari sisi masyarakat desa dengan adanya ekspedisi destana itu mereka bisa melakukan penilaian secara mandiri terhadap masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana, dan bisa dilihat seberapa tangguh masyarakat yang ada di desa wilayah pesisir selatan itu.

"Kalau kegiatan (mitigasi bencana) yang dilakukan untuk sembilan desa di selatan Bantul sudah dari pasca gempa bumi tahun 2006, desa itu sudah mulai melakukan upaya penyadaran dan juga banyak kegiatan yang dilakukan di wilayah selatan," katanya.

Selain itu, kata dia, sudah rutin diadakan sosialisasi mengenai potensi bencana dan apa yang harus dilakukan masyarakat ketika bencana itu terjadi, dan kemudian menyepakati jalur-jalur evakuasi dengan melibatkan partisipasi dengan warga, sebab jalan 'tikus' di desa itu yang memahami warga setempat.

"Yang jelas dengan adanya ekspedisi itu masyarakat akan menyadari bahwa wilayahnya punya potensi ancaman, namun demikian dengan adanya potensi ancaman itu tidak membuat rakut karena setelah tahu ancamannya, masyarakat tahu apa yang dilakukan dan bagaimana, kemudian perlu meningkatkan kapasitas," katanya.

Baca juga: BNPB ekspedisi Desa Tangguh Bencana pesisir Jawa jalur evakuasi

Baca juga: BSN sosialisasikan SNI 8357:2017 ke desa antisipasi bencana

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019