Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari F Syam mengatakan masyarakat sering kali tidak menyadari jika dirinya mengidap penyakit hepatitis.

"Hepatitis, khususnya Hepatitis B dan C menular dan seringkali tidak menyadarinya. Pada awal infeksi kalau tidak diperiksa dan saat si pasien dengan hepatitis tersebut tidak diketahui bahwa dia positif, maka pasien tersebut berpotensi menularkan ke orang lain," kata Ari dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu.

Dia menambahkan peringatan Hari Hepatitis Sedunia tahun ini mengangkat tema "Find the Missing Millions". Tema yang diangkat agar masyarakat lebih banyak menemukan kasus baru.

"Masyarakat perlu diingatkan lagi akan bahaya hepatitis virus. Hepatitis virus yang pernah menyerang Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN, yang menyebabkan beliau mengalami kanker hati dan menjalani tranplantasi hati di China sebelum menjadi Dirut PLN dan Menteri BUMN dan alhamdulillah sampai saat ini masih sehat," katanya.

Kesadaran akan penyakit tersebut juga harus bisa ditumbuhkan lagi, terutama ketika mendengar bahwa anggota keluarga sakit dan meninggal karena sakit hepatitis.

Sebagai seorang dokter penyakit dalam, Ari melihat masyarakat kurang peduli terhadap penyakit hepatitis, masyarakat lebih waspada terhadap kanker atau sakit jantung, padahal penyakit infeksi hepatitis virus cukup tinggi terjadi.

"Saat ini satu dari 12 penduduk dunia mengalami Hepatitis B atau Hepatitis C, dan penyakit ini menjadi penyebab seseorang mengalami penyakit kronis dan kematian lebih parah dari TBC, HIV atau malaria. Masalahnya ada 9 dari 10 orang yang tidak menyadari hidup dengan orang penderita hepatitis," ujarnya.

Sejauh ini ada beberapa jenis virus yang bisa menyebabkan radang hati atau hepatitis, antara lain Hepatitis virus A,B,C,D dan E. Terakhir juga dilaporkan ditemukannya virus Hepatitis G. Dari virus hepatitis yang ada ini Hepatitis B dan C merupakan dua virus yang memang bisa menyebabkan penderitanya mengalami hepatitis kronis, berlanjut menjadi sirosis hati, bahkan sampai kanker hati sampai menyebabkan terjadinya kematian.

Pasien dengan Hepatitis B atau Hepatitis C kronis biasanya tidak mengalami gejala akut. Pasien tidak menyadari bahwa dalam dirinya terdapat infeksi Hepatitis B atau C. Perlahan tapi pasti pasien yang sudah terkena infeksi virus hepatitis mengalami kerusakan pada hatinya sampai terjadi penciutan hati atau sirosis hati.

Perjalanan mulai dari infeksi virus sampai sirosis hati bisa berlangsung selama 5 tahun. Kondisi liver yang sudah mengalami sirosis dengan jumlah virus dalam tubuh yang masih tinggi akan menyebabkan sebagian liver akan berubah menjadi ganas dan terjadi kanker hati. Hakekatnya infeksi virus hepatitis dengan perjalanan waktu dapat menyebabkan kanker hati. Vaksinasi akan menyebabkan seseorang terhindar dari infeksi virus Hepatitis B dan terhindar dari kanker hati. Tapi untuk Hepatitis C sampai saat ini belum ada vaksin untuk virus hepatitis virus.

Untuk mengetahui seseorang menderita hepatitis, hanya dengan pemeriksaan darah dapat mengetahui apakah menderita infeksi ini. Sebaliknya kalau sudah mengalami gejala seperti perut bengkak, kaki bengkak, bahkan terjadi muntah darah, maka sebenarnya infeksi hepatitis yang dialami seseorang tersebut sudah lanjut.

Bagaimana virus Hepatitis B atau C menular merupakan hal yang penting yang perlu diketahui. Transfusi darah, pengunaan jarum suntik, penggunaan benda tajam bersama serta hubungan seksual bisa menjadi penyebab berpindahnya virus dari satu orang kepada orang lain.

Selain faktor tadi untuk Hepatitis B virus atau virus Hepatitis C bisa diturunkan dari ibu hamil kepada bayi yang masih berada di dalam kandungan. Secara khusus yang perlu diperhatikan oleh masyarakat adalah penggunaan alat pribadi secara bersama, misal sikat gigi, pisau cukur, jarum suntik, termasuk gunting kuku. Termasuk juga penggunaan jarum atau benda tajam yang digunakan secara bersama, seperti proses pembuatan tato atau perawatan jari tangan dan kaki.

Langkah selanjutnya, diketahui terinfeksi penyakit itu, kata dia, yakni dengan obat antivirus, baik untuk Hepatitis B maupun C walau biaya pengobatannya masih mahal. Termasuk juga untuk pemeriksaan jumlah virus, baik untuk hepatitis virus B atau C juga masih mahal.

Untuk pasien yang sudah diketahui Hepatitis B atau C yang karena berbagai alasan tidak diobati, maka harus kontrol teratur untuk melihat progresivitas dari perjalanan penyakitnya. Apalagi jika sudah mengalami sirosis hati maka harus dilakukan pemeriksaan USG rutin untuk mengetahui apakah sudah terbentuk kanker hati pada pasien yang mengalami sirosis hati.
Baca juga: Kenali hepatitis B, penularan hingga pencegahannya
Baca juga: Mitos dan fakta seputar hepatitis
Baca juga: Kemenkes terus pantau kasus Hepatitis A di Jawa Timur

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019