Ternate (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara menyebut kebutuhan sembako untuk seluruh pengungsi gempa di Halmahera Selatan sebanyak 190 ton beras bisa bertahan hingga satu bulan ke depan.

Sekdaprov Maluku Utara (Malut) Bambang Hermawan di Ternate, Sabtu mengatakan kebutuhan beras yang akan dialokasikan ke korban gempa Halmahera Selatan didistribusikan secara bertahap melalui jalur laut dan darat.

Oleh karena itu, Pemprov Malut telah menyediakan posko penampungan bantuan logistik yang dipusatkan di tiga titik di Kota Ternate, yakni di gudang Bulog Kampung Pisang, Skep dan eks kediaman Gubernur di Kalumpang.

"Kami akan salurkan sesuai kebutuhan, karena dari laporan sebanyak 54.789 jiwa mengungsi tersebar di 15 titik pengungsian tersebar di sembilan kecamatan terdampak gempa magnitudo 7,2 di Kabupaten Halmahera Selatan akan terpenuhi kebutuhannya," katanya.

Sedangkan, untuk cadangan beras pemerintah bagi Kabupaten Halmahera Selatan sebanyak 20 ton telah didistribusikan ke Kepulauan Joronga, salah satu wilayah terdampak gempa.

Menurut dia, upaya itu dilakukan setelah Pemprov Malut mengeluarkan status tanggap darurat bencana gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,2 di Kabupaten Halmahera Selatan dengan menunjuk Komandan Korem 152/Babullah Kolonel Inf Endro Satoto sebagai Insiden Komando.

Selain itu, keputusan status keadaan tanggap darurat untuk tingkat provinsi agar dapat membantu Pemerintah Kabupaten Halsel, terutama dalam melakukan penanggulangan bencana di daerah tersebut.

"Jadi, status tanggap darurat ini bernomor 393/KPTS/MU/2019 mengenai penetapan status keadaan darurat bencana di Kabupaten Halsel hanya untuk memback-up pemda kabupaten, bukan mengambil alih tugas-tugas Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan," katanya.

Sehingga, dalam pelaksanaannya, Danrem 152/Babullah mengomandai seluruh pelaksanaan dan tahapan dalam proses penanggulangan bencana gempa di Kabupaten Halmahera Selatan.

Dia mengakui, gempa Halsel, khususnya di daerah terdampak di sembilan kecamatan, sekitar 90 persen rumah rusak karena sebagian besar rumah warga berada di pesisir pantai, sementara pasca-gempa warga makin trauma karena hingga 18 Juli terjadi gempa lebih dari 100 kali dan episentrum gempa sebagian besar terjadi di daratan.

Sehingga, warga yang merasa tidak nyaman memilih pergi ke lokasi pengungsian di dataran lebih tinggi, karena mereka khawatir terjadinya tsunami.
Baca juga: Pemprov Maluku Utara keluarkan status keadaan darurat bencana
Baca juga: Bulog Maluku-Malut salurkan bantuan korban gempa Halmahera Selatan

 

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019