Untuk ke depan dan jangka panjang harus sudah mulai dari sekarang produk pertanian ekspor kita bukan lagi bahan mentah namun minimal barang setengah jadi sehingga memberikan nilai tambah
Pontianak (ANTARA) - Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mendorong peningkatan nilai tambah ekspor produk pertanian asal Kalbar sehingga meningkatkan pendapatan petani.

“Untuk ke depan dan jangka panjang harus sudah mulai dari sekarang produk pertanian ekspor kita bukan lagi bahan mentah namun minimal barang setengah jadi sehingga memberikan nilai tambah,” ujarnya saat melakukan pelepasan ekspor produk pertanian di Balai Karantina Kelas 1 Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa saat ini produk yang diekspor masih berupa mentah seperti buah pinang bulat, kelapa dan lainnya. Menurut dia, eksportir harus mengekspor barang jadi bukan barang mentah.

Baca juga: Karantina pertanian ekspor komoditas hasil olahan Jatim

“Padahal kalau barang setengah jadi atau jadi yang diekspor harganya sangat tinggi. Selain itu petani dapat nilai lebih besar dan peluang usaha kerja juga terbuka,” kata dia.

Menurut dia, untuk membuat produk setengah jadi atau jadi membutuhkan  investor. Oleh karena itu, pimpinan daerah seperti gubernur bisa mengundang investor untuk menanamkan modal di bidang pertanian terutama komoditas yang diminati pasar luar.

“Dipersilahkan kepala dinas terkait untuk komunikasikan dengan gubernur atau Bapedda agar hilirisasi produk pertanian di kita dimaksimalkan. Sehingga barang yang diekspor tidak lagi yang mentah,” papar dia.

Baca juga: Perkuat potensi ekspor hortikultura, Kementan siapkan strategi ini

Saat ini, menurut dia, pemerintah gencar membangkitkan kembali kejayaan rempah-rempah di Indonesia untuk diekspor.

“Kita kaya akan rempah-rempah dan permintaan di luar sana sangat besar sehingga itu menjadi peluang. Kita bangkitkan lagi kejayaan rempah-rempah Indonesia,” katanya.

Terpenting juga sebutnya untuk aktivitas ekspor, frekuensi pengiriman komoditas perlu dan terus ditingkatkan. Jangan sampai produk yang dikirim tidak berkelanjutan.

“Sekarang kita juga mendorong pengiriman produk ekspor kian maksimal, semua dua kali bagaimana bisa menjadi empat kali atau lebih dari itu. Perlu diperhatikan juga soal kuantitas, kualitas dan keberlanjutan,” katanya.

Baca juga: Kementan: ekspor pertanian ke China 2014-2018 meningkat 33,6 persen

 

Pewarta: Dedi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019