ukurannya juga bukan mendapatkan juara atau sertifikat, tapi kepuasan masyarakat
Semarang (ANTARA) - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Margono, Purwokerto, dan Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD), Kota Surakarta, memaparkan inovasi kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebelum mengikuti Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Pemaparan rencana inovasi tersebut berlangsung di ruang kerja Gubernur Ganjar di kantor gubernur, Kota Semarang, Senin.

Direktur RSUD Margono Haryadi Ibnu Junaedi memaparkan program aplikasi yang diberi nama Tele Apik (Teyeng Ndeleng Antrean Pendaftaran lan Poliklinik) yang bertujuan memudahkan pasien melihat antrean melalui android maupun website.

"Aplikasi ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang akan dan sedang memanfaatkan pelayanan kesehatan di ruang pendaftaran maupun di poliklinik sehingga pasien dapat memperhitungkan estimasi waktu untuk mendapatkan pelayanan," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa aplikasi itu merupakan pengembangan dari sistem registrasi dalam jaringan yang telah dimulai awal tahun ini untuk menyempurnakan estimasi waktu pelayanan yang telah tercantum dalam sistem registrasi daring.

Menurut dia, kunjungan rawat jalan dalam sehari rata-rata antara 900 sampai 1.000 pasien dengan layanan 19 klinik yang terdiri atas spesialis dan sub spesialis sehingga dengan adanya aplikasi tersebut akan memudahkan mobilisasi pasien.

Dalam registrasi daring, kata dia, sebenarnya sudah ada estimasi waktunya, namun saat ini pelayanan kadang lebih cepat dari estimasi tersebut.

"Dengan Aplikasi Tele Apik ini dari rumah pun, pasien bisa melihat nomor antrean di pendaftaran, di poliklinik juga bisa dilihat sudah sampai nomor antrean berapa," ujarnya.

Sementara itu, Direktur RSJD Surakarta Agustini Christiawati memaparkan tentang aplikasi Payjem Pas Ngamuk (Pelayanan Jemput Pasien Ngamuk) yang didasari atas keresahan lembaganya ketika penjemputan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang tidak sesuai prosedur.

Ia menyebutkan penjemputan pasien sering membuat terluka, bisa lebam, bahkan sampai patah tulang, diikat dengan tali rafia.

"Dengan aplikasi ini, orang bisa melaporkan jika ada ODGJ kemudian kita kirim tim profesional melalui pendekatan berwibawa yakni pendekatan pertama pada cara mekanik dan obat sebagai upaya terakhir untuk mengurangi cedera," katanya.

Gubernur Ganjar menanggapi paparan dua RS tersebut sebagai hasil inovasi yang berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai harapan, mudah, murah, dan cepat.

"Harapan saya, dengan mengikuti kompetisi ini, ukurannya jangan melihat saya dan Pak Sekda. Kami ini hanya pembuat kebijakan, ukurannya juga bukan mendapatkan juara atau sertifikat, tapi kepuasan masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Inovasi laskas rsud Tulungagung diapresiasi dunia internasional
Baca juga: DKI Jakarta luncurkan tiga produk inovasi kesehatan
Baca juga: Bogor tambah Mobil Curhat

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019