energi yang tersimpan belum dikeluarkan semuanya
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, berdasarkan hasil analisis BMKG potensi energi gempa bumi di Laut Banda masih besar.

"Potensi kejadian gempa sebetulnya tinggi tapi fakta terjadinya gempa masih rendah. Maknanya energi yang tersimpan belum dikeluarkan semuanya," kata Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan, BMKG sudah melakukan analisis sebelumnya berdasarkan data gempa bumi sejak 1973.

Dari data tersebut terlihat zona yang warnanya biru seperti di Sulawesi tepatnya Palu, Laut Banda, juga di Papua barat bagian Utara perlu diwaspadai.

"Artinya biru itu di situ potensi kejadian gempa sebetulnya tinggi tapi fakta terjadinya gempa masih rendah," tambah dia.

Pada Senin (24/6) terjadi gempa bumi bermagnitudo 6,0 di Mamberamo Raya, Papua pada pukul 08.05 WIB lalu terjadi gempa magnitudo 7,7 di Laut Banda, Maluku pada pukul 09.53 WIB. Kedua gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, pusat-pusat gempa itu baik di Papua bagian Utara maupun di Laut Banda tidak berkaitan.

"Namun kalau kita lihat di zona biru Papua itu, sebetulnya energi yang tersimpan tidak seperti di Laut Banda. Energi yang tersimpan masih lebih besar di Laut Banda," tambah dia.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, katalog gempa BMKG mencatat di zona tersebut sudah terjadi beberapa kali gempa kuat dan di antaranya memicu tsunami.

Sejarah gempa kuat pernah terjadi seperti gempa Banda pada tahun 1918 dengan magnitudo 8,1, pada 1938 magnitudo 8,4, pada 1950 7,6, pada 1950 magnitudo 8,1, dan 1963 dengan magnitudo 8,2.

Dengan memperhatikan banyaknya catatan sejarah gempa kuat ini, maka zona subduksi Banda merupakan kawasan sangat rawan gempa dan tsunami yang patut diwaspadai di wilayah Indonesia timur.


Baca juga: Gempa magnitudo 7,7 di Laut Banda tidak berpotensi tsunami
Baca juga: Mamberamo Raya diguncang gempa magnitudo 6,0
 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019