Kami mendapat arahan dari Pak Presiden bagaimana menyikapi itu baik dari sisi ancaman itu...
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah menteri di bidang ekonomi menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaporkan pertemuan tingkat menteri G20 serta membahas potensi dan ancaman bagi Indonesia dalam perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

"Kami mendapat arahan dari Pak Presiden bagaimana menyikapi itu baik dari sisi ancaman itu, dari sisi pertumbuhan ekonomi, bagaimana dampaknya, dan bagaimana persiapan kita, tetapi sekaligus juga melihat peluangnya apa," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ditemui di halaman Istana Negara, Jakarta, Kamis.

Sejumlah menteri dan pimpinan lembaga pemerintah menemui Presiden Jokowi pada Kamis siang antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dan Kepala BKPM Thomas Lembong.

Menurut Enggartiasto, banyak barang-barang dan komoditas dapat diekspor ke AS, namun tetap menekankan azas free trade, fair trade dan reciprocal.

"Kita juga harus bisa melihat apa-apa saja yang bisa kita beli dari sana, karena kalau kemudian kita hanya semata-mata ekspor ke AS terjadi defisit yang semakin melebar," kata Enggartiasto.

Dia mengungkap saat ini surplus perdagangan Indonesia dengan AS yakni 12,6 miliar dolar AS.

Sementara itu ancaman akibat penurunan ekspor dari China ke AS yakni arus barang dari China masuk ke Tanah Air. Oleh karena itu Enggartiasto mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap memilih menggunakan produk-produk Indonesia.

Namun, ia juga melihat peluang ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu itu, yaitu berupa komoditas holtikultura seperti kopi. Apalagi, menurut Enggartiasto, tren gaya hidup pemuda di China kini mulai beralih dari konsumsi minuman teh kepada minuman kopi.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019