Jakarta (ANTARA) - Gerakan Suluh Kebangsaan bersama tokoh lintas organisasi kemasyarakatan mendukung aparat gabungan TNI-Polri menindak tegas kelompok massa yang bertindak anarkis.

Salah satu tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD mengatakan tindakan tegas dapat diambil sesuai prosedur tetap aparat TNI-Polri secara terukur.

"Kalau buat kerusuhan ya ditangkap. Kalau mengancam keselamatan orang, diringkus, atau dilumpuhkan, kan semua ada protap-nya, kalau mau mengancam keselamatan orang, mau membakar, itu kan bisa dihalangi, ditembak kakinya," kata Mahfud dalam konferensi pers bersama di Jakarta, Kamis.

Mahfud mengatakan, sesuai yang ditentukan, aparat dalam tindakan tegasnya sebaiknya tetap menggunakan peluru karet.

"Pakai peluru karet saja, karena kan sudah ditentukan," kata Mahfud.

Dia memandang jumlah massa perusuh tidak banyak. Namun perusuh itu memprovokasi massa lain yang akhirnya ikut melakukan kericuhan.

Terlebih dengan beredarnya berita viral yang tidak benar di media sosial.

"Karena diviralkan dengan berita tidak benar, sehingga orang menjadi emosi, jadi datang semua," kata Mahfud.

Dia mengatakan massa perusuh sama sekali tidak ingin menyampaikan aspirasi, melainkan hanya ingin berbuat kerusuhan dan patut segera ditindak tegas aparat.

Mahfud menegaskan kericuhan yang terjadi dalam aksi 21-22 Mei murni dilakukan perusuh yang tidak berada dalam komando pasangan calon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga dan tidak mewakili aksi bela Islam.

"Masa mau menyalurkan aspirasi tapi bakar mobil, menghina polisi, meminta dipukul polisi 'ayo pukul,' 'ayo pukul', kan nggak benar itu," tegas Mahfud.

Dalam kesempatan itu turut hadir sejumlah tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan lain seperti Franz Magnis Suseno, Quraish Shihab, Alwi Shihab Komaruddin Hidayat, Sarwono Kusumaatmadja, Benny Susetyo, Alissa Wahid dan tokoh lintas ormas.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019