Jakarta (ANTARA) - Direktur Perum Lembaga Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Airnav Indonesia Novie Riyanto menyebut bahwa penurunan frekuensi penerbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan perusahaan.

Novie di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa kontribusi layanan navigasi ke operasional penerbangan hanya satu hingga 1,5 persen.

“Airnav ini melayani pesawat udara sedangkan kontribusi kita kalau kita ngomong tarif dan sebagainya kita sangat kecil ya itu sekitar 1,5 sampai satu persen ya jadi tidak berpengaruh sama sekali,” katanya.

Selain itu, dia menambahkan tarif navigasi penerbangan tidak ditentukan oleh Airnav, tetapi Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (Inaca) dan IATA.

“Jadi, tarif yang kami terima itu bersifat ‘cost recovery’, tidak berorientasi kepada keuntungan,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa pendapatan yang diraih oleh Airnav 62 persen dibayarkan ke gaji 2.000 pengatur lalu lintas penerbangan (ATC) termasuk teknisi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Meskipun penurunan penerbangan tidak berpengaruh signifikan ke pendapatan Airnav, Novie mengatakan pihaknya tetap harus melakukan efisiensi.

“Kita tetap harus lakukan efisiensi di sana sini artinya bagimanapun karena penerbangan turun itu otomatis pendapatan kita kan dari situ kan ya kita harus menyesuaikan,” katanya.

Ia menyebutkan justru pemasukan yang saat ini meningkat adalah untuk penerbangan internasional empat sampai lima persen year on year.

Sejauh ini, menurut Novie, pihaknya belum akan merevisi target pendapatan meskipun adanya penurunan dan upaya efisiensi.

“Sejauh ini kita tidak ada revisi ya artinya masih ‘on the track’ ya,” katanya.

Baca juga: AirNav Indonesia raih predikat excellent dalam jasa navigasi penerbangan

Baca juga: Airnav siapkan navigasi satelit dua bandara di Yogyakarta


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019