Surabaya (ANTARA) - Direktur Eksekutif Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetiyono menilai Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mampu memposisikan diri sebagai partai unik sehingga mampu meraup suara siginifikan di daerah perkotaan khususnya Kota Surabaya dalam Pemilu 2019.

"PSI mampu menjadi partai yang unik, dimana isu atau agenda yang diangkat adalah agenda yang tidak jamak diangkat oleh partai-partai arus utama selama ini, seperti isu Anti-Poligami," kata Didik Prasetiyono kepada ANTARA di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, keputusan mengambil isu tersebut sangat berani dengan pertaruhan lepasnya elektoral pemilih dari kalangan tertentu. Begitu juga penolakan PSI terhadap Perda Syariah.

Selain itu, lanjut dia, PSI menjadi partai yang secara serius memanfaatkan media sosial sebagai alat dan sarana berkampanye. Caleg-caleg PSI yang mayoritas berusia muda terlihat dominan di media sosial seperti twitter, instagram dan facebook.

"Hal ini yang kemudian berimbas kepada PSI di daerah khususnya di perkotaan dimana konsumsi informasi oleh pemilih dominan dari media sosial," ujarnya.

Sementara itu, Didik mengatakan perolehan coblos partai yang jauh lebih tinggi dari coblos caleg di Kota Surabaya menggambarkan tingginya harapan yang dibebankan kepada PSI.

Adapun perolehan suara partai dan caleg PSI saat Pemilu 2019 di Surabaya meliputi Alfian Limardi mendapatkan 2.964 Suara atau16,3 persen dari suara total PSI di Dapil 1 sebanyak 18.189 suara, William Wirakusuma terpilih mendapatkan 5.142 Suara atau 17,3 persen dari suara total PSI di Dapil 3 sebanyak 29.659 suara.

Sedangkan Tjutjuk Supariono/Khendy Ferary terpilih mendapatkan 2.502 suara, 18,2 persen dari total PSI di Dapil 4 sebanyak 13.742 suara dan Josiah Michael terpilih dengan mendapatkan 3.883 suara atau 21,7 persen dari total PSI di Dapil 5 sebanyak 17.826 suara.

Dari data DB-1 KPU Surabaya diketahui pula bahwa Alfian Limardi dan Tjutjuk Supariono/Khendy Ferary adalah caleg terpilih dengan suara coblos nama terendah di antara 50 caleg terpilih lainnya.

"Penjelasan terhadap hal ini adalah pemilih melihat PSI secara Nasional dimana harapan diletakkan pada partai ini sebagai partai baru yang mampu mendobrak tatanan yang ada," katanya.

Riset SCG Tahun 2018, kata dia, lembaga negara yang paling dipersepsi tumbuh subur korupsi adalah DPR dan DPRD, manifestasi dari banyaknya nama anggota dewan yang berurusan dengan penegak hukum.

Dengan demikian, lanjut dia, hal ini menjadi tantangan dan harapan untuk anak-anak muda empat kader PSI terpilih yang akan duduk di DPRD Kota Surabaya, apakah bisa mewarnai ataukah akan sama saja dengan persepsi masyarakat selama ini.

"Alfian, William, Tjutjuk/Khendy dan Josiah harus mampu membuktikan besarnya harapan masyarakat yang dibebankan ke pundak mereka oleh pemilih dengan menjadi legislator yang membawa semangat anti-korupsi, transparan dan aspiratif," katanya.

Sementara untuk Tjutjuk dan Khendy yang mempunyai suara sama besar, maka KPU akan memberlakukan PKPU 5/2019 Pasal 13 dimana Penetapan Calon yang memiliki perolehan suara sama akan dihitung mana persebaran suara yang lebih luas secara berjenjang.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019