Jakarta (ANTARA) - Tiza Mafira, Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan limbah plastik impor.

"Sebenarnya kita itu impor sampah yang cukup banyak", kata dia pameran bertajuk "Laut Kita" di Plaza Indonesia, Senin.

Indonesia mendapat kiriman sampah dari beberapa negara maju seperti Australia dan tertumpuk di beberapa Tempat Pembuangan Akhir yang tidak resmi dan mencemari beberapa kota seperti Surabaya.

"Banyak yang belum tahu kalau Indonesia pengimpor sampah, bahkan warga di negara asal sampahnya tidak sadar bahwa sampah yang mereka kira sudah dibuang dengan benar malah dikirim ke Indonesia", tambah dia.

Dia mengatakan saat ini sudah bekerja sama dengan LSM yang ada di Amerika dan Eropa untuk memberi tahu akan sampah yang mereka buang nyatanya dikirim ke Indonesia.

Dia menyebutkan negara maju juga tidak punya solusi untuk menangani sampah plastik.

Selama ini beredar mitos bahwa Indonesia penyumbang sampah terbesar karena manajemen sampah Indonesia tidak bagus dan akan selesai masalahnya jika manajemen diperbaiki.

Rupanya tidak seperti itu, negara maju juga tidak mampu mengatasi sampah plastik sekali pakai karena terlalu banyak dan materinya dibuat dari bahan yang susah didaur ulang.

Ini terbukti dari kiriman sampah yang tidak didaur ulang oleh negara maju, malah dikirim ke negara-negara lain seperti Indonesia.

Tiza mengatakan bahwa sampah-sampah impor tersebut juga tidak didaur ulang di Indonesia dan hanya dibiarkan menumpuk.
Contoh limbah plastik (Foto ANTARA/ Alya Rahma Widyanti)

Pewarta: Ganet Dirgantara dan Alya Rahma Widyanti
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019