Tanjungpinang (ANTARA) - Hujan lebat mengguyur Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau setelah lebih dari tiga bulan ibu kota Kepulauan Riau itu mengalami kekeringan.

"Ini berkah yang luar biasa setelah lama kami menantinya," kata salah seorang warga di Jalan Pramuka, Sulastri, di Tanjungpinang, Kamis.

Hujan melanda Kota Tanjungpinang sejak pukul 11.30 WIB, diawali dengan gerimis hingga terjadi hujan lebat pada pukul 15.30 WIB.

"Tadi kami sempat pikir ini hanya gerimis karena hanya sebentar, terus muncul matahari. Ternyata sore ini hujan lebat," ucapnya.

Saking merasa senang, Sulastri dan kedua anaknya mandi hujan. Mereka mengisi dua drum yang kosong.

"Mudah-mudahan air sumur di rumah kami penuh," katanya.

Waryo, warga KM 9 juga merasa girang hujan mengguyur Tanjungpinang. Sejak sebulan terakhir ia, istri dan kelima anaknya hanya mandi sekali dalam sehari karena sejak tiga bulan lalu tidak turun hujan.

"Untuk penghematan, kami mandi sehari sekali. Baju dicuci di tempat jasa 'laundry'. Hari ini kami senang karena dapat menampung air hujan," katanya.

Di kediaman Waryo ada sumur yang sejak dua bulan lalu kering. Ia terpaksa membeli air bersih.

"Hampir seluruh warga di perumahan kami ini beli air setiap hari," ujarnya.

Hal senada dikatakan Ria, warga Batu 8 Tanjungpinang. Hujan hari ini merupakan berkah yang luar biasa.

Krisis air yang cukup lama ini membuat warga khawatir. Warga khawatir tidak ada sumber air bersih lagi di Tanjungpinang.

"Kami ikut salat minta hujan kepada Allah yang difasilitasi Polres Tanjungpinang beberapa hari lalu. Alhamdulillah doa kami terkabul," katanya.

Hingga pukul 16.30 WIB hujan lebat masih mengguyur Kota Tanjungpinang. Kondisi itu lebih cepat dibanding prediksi BMKG, yang memperkirakan hujan mulai melanda Pulau Bintan (Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan) pada awal April atau pertengahan April 2019.

Baca juga: Kepri belum diguyur hujan hingga pertengahan Maret
Baca juga: Siklon Hagupit sebabkan Kepri hujan ringan
Baca juga: BMKG: anomali cuaca besar-besaran di Kepri

 

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019