Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener bertemu di Jakarta, Kamis, guna membahas perkembangan di Rakhine State.

“Pertemuan pada pagi tadi membahas berbagai perkembangan yang telah tercapai di Rakhine State, khususnya terkait dengan repatriasi para pengungsi,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam press briefing.

Kunjungan pertama Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Myanmar ke Jakarta, ia melanjutkan, menunjukkan pengakuan PBB terhadap peran dan kontribusi Indonesia dalam membantu penyelesaian isu di Rakhine State.
 



Salah satu isu yang menjadi perhatian dalam pembahasan Menlu RI dan Utusan Sekjen PBB adalah kunjungan tim Badan Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan (AHA Centre) ke Rakhine State beberapa minggu lalu, untuk melaksanakan penilaian awal sebelum proses repatriasi.

AHA Centre adalah lembaga yang diberi mandat oleh negara-negara ASEAN untuk membantu proses repatriasi pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar.

“Dalam pertemuan tadi juga dibahas upaya kerja sama (PBB dan Indonesia) ke depan untuk memastikan repatriasi dapat dilakukan secara sukarela, aman, dan bermartabat,” tutur Arrmanatha.

Pertemuan antara Menlu RI dan Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Myanmar dilakukan di tengah isu rencana pemerintah Bangladesh memindahkan puluhan ribu pengungsi Rohingya dari kamp-kamp di Cox’s Bazar ke sebuah pulau kecil di selatan Bangladesh.

Bhashan Char, pulau kecil berlumpur dan baru muncul di Teluk Benggala pada 2006, direncanakan menjadi tempat tinggal bagi 10 ribu pengungsi Rohingya jika proses repatriasi terus terhambat.  
Baca juga: Menlu RI sampaikan perkembangan Rakhine State dalam forum perempuan 
Baca juga: Indonesia minta dunia internasional beri ASEAN kesempatan bantu Myanmar
Baca juga: Indonesia-Australia bahas dukungan pembangunan Rakhine State melalui AHA Centre
Baca juga: Indonesia diminta manfaatkan keanggotaan DK-PBB akhiri krisis Rohingya

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019