Denpasar (ANTARA) - Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali mengapresiasi kunjungan Presiden Joko Widodo dalam acara tatap muka dan ramah tamah dengan ribuan masyarakat di Pulau Dewata pada Jumat (22/3) malam.

"Dengan kedatangan Bapak Presiden, berarti telah memenuhi harapan masyarakat Bali supaya mereka bisa menemui Presidennya secara langsung. Presiden juga mendapatkan berbagai hal-hal penting yang disampaikan masyarakat kepada Beliau, khususnya yang sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali," kata Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, di Denpasar, Sabtu.

Kehadiran orang nomor satu di Indonesia itu di Bali juga menjadi kesempatan emas bagi masyarakat setempat untuk memberikan masukan dan mendapatkan sejumlah fasilitas yang memang sangat dibutuhkan masyarakat Bali.

"Masyarakat Bali dari berbagai kalangan yang hadir membludak dan tetap antusias meskipun rangkaian acara diguyur hujan lebat, artinya masyarakat Bali sangat mencintai Bapak Presiden. Masyarakat pun sangat mengharapkan Presiden dapat memberikan wejangan-wejangan dalam menata Bali bisa lebih baik," ujar Sudiana yang juga Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu.

Khususnya dari sisi agama, pihaknya mengharapkan Presiden Joko Widodo bisa memberikan pengayoman kepada umat Hindu, tidak hanya di Bali tetapi seluruh Indonesia.

 "Di samping itu agar memberikan fasilitas kepada umat Hindu di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga sejajar dengan umat lainnya," ucapnya.

Pandangan senada disampaikan Ketua Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali Jero Gede Suwena Putus Upadesha. "Kami mengharapkan dengan kedatangan ini, Presiden dapat memberikan perhatian khusus kepada daerah Bali, utamanya kepada masyarakat adat agar bisa mendapatkan perhatian untuk pelestarian adat," ucapnya.

Ketua majelis adat tertinggi yang menaungi "desa pakraman" atau desa adat di Bali itu mengapresiasi kehadiran Presiden karena walaupun kesibukannya yang padat, namun masih menunjukkan rasa cinta dan sayangnya pada Bali serta memberi perhatian khusus pada Bali.

"Dari kalangan adat saja, kurang lebih sekitar 5.000 orang yang hadir dari unsur bendesa adat (pimpinan desa adat), pecalang (petugas pengamanan adat) dan juga pekaseh atau pimpinan subak," ujar Jero Suwena.

Sebelumnya Gubernur Bali Wayan Koster meminta Presiden Joko Widodo dapat mempertimbangkan pengalokasian anggaran dalam APBN untuk diberikan pada desa adat di Pulau Dewata.

"Bali memiliki adat istiadat yang sangat kuat, tradisi, seni dan budaya yang menjadi aset masyarakat Bali, juga menjadi aset bangsa Indonesia yang harus kita pelihara dengan sungguh-sungguh. Namun, selama ini upaya untuk melestarikan adat istiadat, tradisi, seni dan budaya sepenuhnya dijalankan desa adat di Bali dengan cara swadaya," kata Koster saat menyampaikan sambutan pada acara tatap muka dan ramah tamah Presiden dengan tokoh masyarakat Bali, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar, Jumat malam.

Menurut Koster, oleh karena tantangan desa adat ke depan semakin dinamis dalam era global, maka diperlukan kontribusi negara untuk turut memelihara lingkungan alam, tradisi, seni dan budaya Bali.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo juga sependapat bahwa Bali dikenal, dikagumi seluruh dunia karena budayanya, budaya yang hidup dan berkembang di desa-desa pakraman (desa adat).

Bahkan, lanjut Presiden, budaya tersebut masih hidup dan juga dimajukan hingga "sekaa teruna" atau pemuda-pemudi di tingkat banjar (dusun).

"Bali juga menjadi contoh bagaimana harmoni perbedaan ada di Bali. Semua bisa dijadikan contoh bergerak maju tetapi tetap menjaga akar-akar tradisi budaya. Yang paling penting, tidak pernah lelah mencintai tanah Air Indonesia," ucap Jokowi yang saat itu hadir didampingi Ibu Iriana dan sejumlah menteri.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019