Jakarta (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengobservasi gejala putus obat politisi Andi Arief setelah terakhir mengonsumsi sabu pada Minggu (3/3) malam.

"Dari hasil assesment kami melihat bahwa Saudara AA perlu dilakukan rehabilitasi medis untuk observasi lebih lanjut atas kemungkinan adanya gejala putus zat," ujar Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN Riza Sarasvita di Kantor BNN, Jakarta, Rabu.

Apabila seseorang terbiasa menggunakan narkoba kemudian berhenti secara tiba-tiba, kata Riza, akan muncul beberapa gejala klinis.

Apalagi sabu bekerja cukup lama dalam tubuh sehingga gejala yang muncul setelah berhenti mengonsumsi zat itu belum tentu muncul pada hari pertama atau kedua, mungkin saja muncul pada hari ketiga dan seterusnya.

"Gejala putus sabu bisa lama karena proses metabolisme dalam tubuh tidak bisa sehari, dua hari bisa sampai 3-4 hari," tutur Riza.

Efek penggunaan sabu disebutnya terus menurun dari hari ke hari sehingga gejala putus zatnya dapat dilihat dengan tegas pada hari ketiga sampai seminggu dengan reaksi bermacam-macam, dapat berupa fisik mau pun psikis.

Terkait kondisi Andi Arief yang disebut pengacaranya sakit, dinilai dapat berupa salah satu gejala putus obat.

Gejala putus obat di antaranya gelisah, lemas, pikiran terganggu, bahkan pada orang tertentu dapat menyebabkan masalah kejiwaan.

"Untuk menegaskan cemas karena peristiwa yang sedang terjadi atau karena gejala putus tadi harus melalui rehabilitasi," kata Riza.

Setelah diperbolehkan pulang pada Selasa (5/3) malam, Andi Arief kembali menyambangi Kantor BNN untuk memulai rehabilitasi pada Rabu sore.

Baca juga: Andi Arief: saya bukan kriminal

Baca juga: Perempuan bersama Andi Arief negatif gunakan sabu-sabu

Baca juga: Pengacara sebut AA akan lakukan rehabilitasi rawat jalan

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019