Luar biasa, ketika dua lembaga besar bersatu tekad mempertahankan budaya Betawi...
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) menandatangani nota kesepahaman dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pancasila di Kampus Universitas Pancasila, Jakarta Selatan, Rabu.
   
Penandatanganan disaksikan oleh Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali. Nota kesepahaman tersebut menjadi sumbangsih kampus yang terletak di bilangan Srengseng Sawah itu untuk ikut dalam barisan LKB untuk melestarikan budaya Betawi di tengah arus modernisasi.        

Usai penandatanganan digelar lokakarya bertajuk Pengelolaan Usaha Sanggar Budaya Betawi yang menampilkan pembicara dari FEB Universitas Pancasila. Selain itu Kelar-kelir Sejarah dan Budaya Betawi yang dibawakan oleh budayawan Betawi Yahya Andi Saputra.        

Ketua Umum LKB H Beky Mardani mengapresiasi dan menyambut baik FEB Pancasila mendorong pelestarian budaya Betawi.   "Apalagi ini kampus yang tidak asing bagi orang Betawi. Mengingatkan kita pada sinetron populer, sinetron terpanjang yang pernah ditayangkan di televisi, Si Doel Anak Sekolahan," kata H Beky.         
Dekan FEB Universitas Pancasila Sri Widyastuti mengaku selalu minta anak didiknya untuk memperkenalkan seni budaya Betawi di segala kesempatan, khususnya jika tampil di luar negeri.  

"Kami juga mengadakan penelitian dan pengabdian masyarakat di kantong-kantong masyarakat Betawi, seperti Setu Babakan," katanya.
   
"Pokoknya generasi milenial harus kenal dengan budaya Betawi," yang disambut tepuk tangan hadirin yang sebagian besar mahasiswa, dosen dan warga di sekitar kampus," katanya. 
   
Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan MoU itu sebagai sesuatu yang luar biasa.          
   
"Luar biasa, ketika dua lembaga besar bersatu tekad mempertahankan budaya Betawi. Karena LKB adalah benteng Betawi yang kokoh. Bukan hanya di Jakarta, tapi juga di Indonesia," kata wali kota.
   
Dia menambahkan bahwa ia lebih suka menggunakan kata mempertahankan dan membangga-banggakan daripada melestarikan yang menimbulkan kesan hampir punah. 

Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019