Mengetahui kemampuan diri dan memilih jurusan yang sesuai dengan tantangan di masa depan menjadi aspek penting yang dinilai dari pelamar beasiswa
Jakarta,  (ANTARA News) - Pelamar beasiswa untuk studi di Belanda disarankan untuk memilih jurusan yang berorientasi pada masa depan, di tengah dunia yang semakin digerakkan oleh perkembangan teknologi.

"Mengetahui kemampuan diri dan memilih jurusan yang sesuai dengan tantangan di masa depan menjadi aspek penting yang dinilai dari pelamar beasiswa," kata Koordinator Tim Beasiswa StuNed Indy Hardono dalam konferensi pers Holland Scholarship Day di Jakarta, Sabtu.

Sebagai negara dengan ekonomi modern dan spesialisasi di bidang hukum, kata dia, Belanda menjadi destinasi yang tepat bagi mahasiswa Indonesia untuk mendalami, misalnya, ilmu hukum yang berkaitan dengan teknologi.

Jurusan hukum dan teknologi di Tilburg University adalah salah satu yang paling diminati oleh mahasiswa baik nasional maupun internasional.

"Keilmuannya mengarah ke tren big data dan Industri 4.0," kata Indy.

Selain kejelian dalam memilih jurusan dan mendapatkan informasi yang lengkap bukan hanya tentang persyaratan, seorang pelamar juga diharuskan mengerti lebih dalam mengenai latar belakang dan tujuan dari setiap beasiswa sehingga dapat membantu mempertajam motivasi. 

"Hal ini yang biasanya kurang disadari oleh para pencari beasiswa yang biasanya hanya berfokus pada usaha memenuhi persyaratan semata seperti skor IELTS, GPA, atau LoA," katanya.

Untuk itu, menurut Indy, penting bagi pelamar beasiswa untuk melengkapi dokumen yang disyaratkan dan meningkatkan kualitas pernyataan motivasinya (motivation statement).

Towy Aryanosa (31) adalah salah satu calon pelamar beasiswa yang tertarik melanjutkan studi hukum dan teknologi di Tilburg University, Belanda.

Lulusan jurusan hukum Universitas Padjadjaran itu menilai jurusan yang dipilihnya sangat penting untuk mengembangkan industri layanan hukum di Tanah Air yang masih konvensional, padahal dihadapkan pada pesatnya perkembangan teknologi.

"Saya mempelajari bahwa perkembangan teknologi selalu selangkah lebih maju daripada perkembangan hukum. Menurut saya penting sekali untuk kita bisa mengejar ketertinggalan itu karena di Indonesia sendiri UU ITE kita belum bisa mencakup perkembangan teknologi yang ada," kata Towy.

Karena itu, laki-laki yang bekerja di sebuah firma hukum sejak 2010 itu ingin belajar dari Belanda mengenai penerapan regulasi yang tepat untuk menyikapi perkembangan teknologi.

Towy berencana melamar beasiswa StuNed yang cukup populer untuk warga Indonesia. Beasiswa ini menitikberatkan pada faktor keunggulan (excellence) dan keterkaitan dengan area prioritas kerjasama Indonesia-Belanda. 

Program beasiswa StuNed, yang pada tahun ini telah berjalan selama 20 tahun sejak awal diluncurkan pada tahun 2000, didanai penuh oleh pemerintah Belanda.

StuNed merupakan beasiswa bilateral yang telah menghasilkan lebih dari 4.500 alumni dari berbagai disiplin ilmu. 

Selain StuNed, pemerintah Belanda juga memberikan jalur beasiswa lain yaitu Orange Tulip Scholarship (OTS), Holland Scholarship, dan Orange Knowledge Programme (OKP) bagi warga Indonesia. ***3***

Baca juga: Jumlah mahasiswa Indonesia kuliah di Belanda terus tumbuh

Baca juga: KLHK belajar monitoring hutan produksi di Belanda

Baca juga: KPK belajar metode penanganan korupsi ke Belanda

Baca juga: Nuffic Neso akan bantu anak Belanda studi di Indonesia


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019