Depok (ANTARA News) - Peneliti Universitas Indonesia menemukan solusi untuk menghindari korosi pada peralatan masak dari alumunium seperti panci, teko dan penggorengan yang umumnya digunakan usaha kecil menengah (UKM)
 
Tim peneliti dari Program Studi Ilmu Material, Departemen Fisika Universitas Indonesia (UI) yang diketuai Dr Anawati di kampus UI Depok, Minggu, menyarankan penggunaan teknologi pelapis logam dengan metode anodizing pada produk perabotan aluminium.

Metode ini pada prinsipnya bertujuan menumbuhkan lapisan oksida (Al2O3) pelindung yang tahan terhadap korosi dengan cara menyelupkan produk dalam elektrolit sambil diberi tegangan listrik sekitar 5-10 V.

Lapisan anodize tersebut aman dan tidak mudah terkikis atau tergores. Warna lapisan bervariasi dari transparan, putih, abu-abu, hingga hitam tergantung dari parameter proses yang digunakan.

Pewarnaan untuk menghasilkan tampilan estetik dapat dilakukan dengan pencelupan dalam larutan pigmen. Sebenarnya beberapa produk anodize alumunium impor telah memasuki pasar Indonesia namun harga jualnya jauh lebih mahal.

Melalui program Program Pengabdian Masyarakat yang sepenuhnya didanai Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI, pengenalan metode anodizing pada UKM pengrajin aluminium lokal dilakukan oleh tim dosen Fisika UI di Kampung Kaleng yang terletak di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.

Pelaksanaan program tersebut berlangsung selama 10 bulan sepanjang tahun 2018.

Pembekalan dan pelatihan dilakukan kepada 20 UKM perajin aluminium yang berada di bawah Koperasi Rancage yang mencakup cara pembuatan elektrolit, instalasi alat anodizing, metode pembersihan permukaan logam, penggunaan alat anodizing, pewarnaan dan penanganan limbah.

Melalui program pelatihan ini diharapkan para perajin aluminium lokal dapat meningkatkan kualitas barang produksi mereka menjadi lebih aman dan juga dapat meningkatkan harga jual sehingga menaikkan kesejahteraan perajin.

"Aluminium merupakan logam yang hanya stabil di lingkungan kering dan sekitaran pH netral. Namun di lingkungan basah, jika terpapar air yang agak asam atau agak basa maka permukaannya akan mengalami korosi," katanya.

Peristiwa korosi melepaskan logam berat aluminium yang dapat bercampur dan mencemari masakan. Jika tertelan secara terus-menerus, logam berat akan terakumulasi di ginjal hingga dapat menyebabkan gagal ginjal.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batas maksimum aluminium yang terkandung dalam air minum adalah 0,2 mg/l.

Dunia kedokteran menyatakan bahwa kandungan normal aluminium yang dapat disekresikan oleh ginjal adalah 5-10 mg/hari. Jika terbawa aliran darah, logam aluminium dapat menyebabkan kerusakan di jaringan otak dan tulang manusia.

Sementara di sisi lain peralatan masak yang terbuat dari aluminium lebih masif digunakan oleh UKM karena harganya relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan yang terbuat dari stainless steel.
Baca juga: Penelitian menunjukkan nampan bandara lebih kotor dari toilet
Baca juga: Universitas Airlangga kembangkan produk anti-penuaan berbasis sel punca
Baca juga: Kemenhub libatkan milenial dalam penelitian transportasi

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018