Surabaya (ANTARA News) - Konsulat Jenderal Republik Rakyat China (RRC) di Surabaya Gu Jingqi menilai persoalan yang dihadapi pemerintah di negaranya tidak jauh berbeda dengan Indonesia, yaitu sama-sama sedang menghadapi kelompok ekstrem yang meresahkan.

Dia bersilaturahmi ke Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Jalan Masjid Al Akbar Timur Surabaya, Rabu, salah satunya menjelaskan situasi terkait tragedi yang menimpa muslim suku Uighur di Xinjiang, yang belakangan ramai diberitakan.

Jingqi mengatakan pada dasarnya pemerintah China membebaskan warganya untuk menganut suatu agama berdasarkan keyakinan masing-masing.

"Karena itu Islam juga berkembang. Dari 56 suku yang ada di China, 10 di antaranya mayoritas beragama Islam," ujarnya.

Di Xinjiang, Jingqi memaparkan, berdiri lebih dari 224 ribu masjid, yang merupakan 70 persen dari keseluruhan masjid di negeri China. Dia menyebut jumlah masjid di Xinjiang bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan suatu kota di Arab Saudi.

"Jumlah ulama di Xinjiang juga banyak, yakni sekitar 29 ribu orang," katanya.

 Ia menyamakan Pemerintah Republik Indonesia yang disebutnya saat ini sedang menghadapi kelompok ekstrem dan berpikir bagaimana membuat kebijakan yang menghapus terorisme.

Baca juga: Amnesti Internasional: Etnis Uighur diperlakukan diskriminatif
Baca juga: China tahan sejuta warga Uighur di fasilitas rahasia



Jumlah warga muslim China saat ini terdata mencapai 23 juta orang. "Dari keseluruhan jumlah warga muslim di China, sedikit di antaranya terpapar radikalisme," katanya.

Jingqi lebih lanjut menepis pemberitaan media barat yang menuding Pemerintah China telah menyekap sejuta lebih Muslim di Xinjiang. Dia meluruskan, yang sebenarnya terjadi adalah Pemerintah China sedang membuat pusat pelatihan bagi muslim di Xinjiang.

"Pemerintah lokal di Xinjiang mengadakan pusat latihan, salah satunya mengajari bahasa Mandarin. Sedangkan kelompok terorisme tidak banyak belajar," ucapnya.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, dalam kesempatan itu, mendesak agar Pemerintah China segera menyelesaikan akar persoalan yang dihadapi Muslim Uighur Xinjiang, yang saat ini sudah menjadi isu internasional.

"Kami minta kepada Pemerintah China agar isu terorisme dan sparatisme di Xinjiang bisa diselesaikan secara damai dengan cara dialog tanpa menggunakan kekerasan. Pemerintah Indonesia juga harus segera mengambil langkah diplomatis dan ikut andil dalam upaya menciptakan perdamaian di Xinjiang. Nahdlatul Ulama siap menjadi mediator atau juru damai jika diminta, dengan pendekatan Islam moderat," ucapnya.

Baca juga: Ratusan pakar kutuk China atas pembangunan pusat penahanan di Xinjiang
Baca juga: MUI dorong pemerintah China perlakukan Etnis Uighur dengan baik
Baca juga: Ruang gerak etnis Uighur semakin terjepit
 

Pewarta: Hanif Nashrullah
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018