PTM harus mencari keunikan masing-masing serta fokus pada bidang-bidang tertentu
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 174 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) harus mempersiapkan diri dan berkembang menjadi pusat-pusat unggulan (center of excellence), kata Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat  Muhammadiyah, Prof Dr Lincolin Arsyad.

"PTM harus mencari keunikan masing-masing serta fokus pada bidang-bidang tertentu. Kompetisi menuntut PTM untuk mengembangkan 'competitive advantage'. Tidak bisa 'survive' di masa datang kalau tidak punya keunggulan kompetitif," katanya yang dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Sebelumnya Arsyad menghadiri pelantikan rektor baru Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Prof Dr Gunawan Suryoputro yang menggantikan rektor sebelumnya Prof Dr Suyatno serta peletakan batu pertama pembangunan Menara Gurumu di Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (30/11) bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

 Ia meminta rektor baru dapat mengembangkan Uhamka menjadi salah satu "center of excellence" PTM, 
seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan budaya akademik dan budaya riset yang tinggi, serta pengembangan tata kelola universitas yang baik (good university governance) berbasis teknologi informasi.

Dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, Arsyad menegaskan, 174 PTM harus siap, karena era itu pasti datang. 

Beberapa PTM yang sudah besar seperti Uhamka, UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), UAD (Universitas Ahmad Dahlan) sekarang sudah mempersiapkan sarana pendukungnya. 

"Bahkan di UM Surakarta dan UM Kalimantan Timur pengajaran secara daring sudah diinisiasi untuk beberapa mata kuliah," katanya.

Ia mengakui, ke depan penguasaan teknologi sudah semakin berkembang, sehingga akan datang masanya ketika lembaga-lembaga pendidikan tinggi tidak lagi mengandalkan kelas-kelas tatap muka, tetapi menggunakan kelas maya dengan teknologi "augmented reality", termasuk laboratorium untuk praktik mahasiswa.

Namun untuk Indonesia khususnya, ia menganjurkan, tetap digunakan sistem pendidikan hybrid yaitu kombinasi antara tatap muka sekaligus daring. "Sebab pembentukan karakter,  seperti kebijakan (wisdom), sikap (attitude) akan sangat sulit dilakukan dengan sistem daring."

Sementara itu, Suyatno berpesan kepada rektor penggantinya agar selain menjadikan Uhamka sebagai pusat unggulan, juga tidak melupakan amanah gerakan Muhammadiyah, yaitu berdakwah, mengajak kepada kebaikan kemajuan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. 

Baca juga: 30 Perguruan Tinggi Muhammadiyah gandeng Universitas Brunei
Baca juga: Uhamka gandeng UTP Malaysia kerja sama riset
  

 

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018