Miris memang, tinggal di ibu kota, tetapi klub sepak bolanya tidak punya stadion.
Persija, ya, Persija. Siapa penggemar sepak bola di Indonesia yang tidak kenal dengan klub satu ini?

Namanya telah lama dikenal sebagai salah satu klub sepak bola liga utama nasional. Meski capaian prestasinya kadang berlangsung pasang-surut, tetapi klub satu ini jarang terlempar dari jajaran klub papan atas.

Di kalangan publik Jakarta, nama Persija juga melegenda. Banyak sekali pendukung (supporter) setia dimana saja klub ini bertanding. Saking cintanya kepada Persija, belum lama ini para pendukungnya sampai mendatangi Kota Bandung untuk menyaksikan klub kesayangannya.

Padahal waktu itu lawan mainnya adalah musuh bebuyutannya, yakni Persib Bandung. Di lapangan kedua klub bertanding, namun di luar arena, kedua pendukung acap terlibat keributan hingga seorang pendukung Persija yang biasa disebut The Jakmania, tewas.

Peristiwa itupun menjadi sejarah kelam persepakbolaan nasional. Semua menyayangkan dan prihatin dengan harapan agar kejadian serupa tidak ada lagi.

Persija singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta didirikan pada 28 November 1928, tepat sebulan setelah Sumpah Pemuda dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ).

VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu, 19 April 1930.

Di luar pertandingan, nama Persija akhir-akhir terdengar sayup-sayup di luar gelanggang. Namanya dikaitkan dengan janji Gubernur DKI Anies Baswedan saat kampanye pada pilkada tahun 2016.

Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno waktu itu memberi janji bahwa jika terpilih dalam pilkada Gubernur DKI akan membangun stadion bagi Persija. Janji itu mulai ditagih saat momentum satu tahun Anies memimpin DKI Jakarta pada 16 Oktober 2018.

Dilihat dari usia sejak pembentukannya, Persija merupakan klub yang sudah sangat lama, sudah 100 tahun atau satu abad. Namun klub ini tidak memiliki stadion.

Dalam perjalanan waktunya, Persija pernah menempati Stadion Ikada yang berlokasi di sekitar Monumen Nasional (Monas). Seiring dengan perkembangan wilayah, pada 1958 markas Persija kemudian dipindah ke stadion di Menteng di HOS Tjokroaminoto di wilayah Jakarta Pusat.

Orang kemudian menyebutnya sebagai Stadion Menteng yang berkapasitas 10 ribu penonton. Pemindahan dan penyerahan Stadion Menteng kepada Persija dilakukan Presiden Soekarno tahun 1960.

Pada 1975, keluar Surat Keputusan Gubernur Jakarta yang menetapkan stadion ini sebagai salah satu kawasan cagar budaya yang harus dilindungi. Entah mengapa kemudian terjadi konflik antara Pemprov DKI dengan Persija.

Bahkan tahun 2001, Pemprov DKI mengatakan lahan Stadion Menteng menjadi Taman Menteng. Kemudian pada 2004 diselenggarakan sayembara mengenai desain untuk mengubah Stadion Menteng menjadi Taman Menteng.

Kemudian tahun 2006, Stadion Menteng dirobohkan untuk dijadikan Taman Menteng. Kantor Persija pun dipaksa pindah ke kawasan Roxy Jakarta Barat.

Sedangkan markas laganya di Stadion Lebak Bulus di Jakarta Selatan yang berkapasitas 12.500 orang. Kemudian pada 2013 stadion inipun mulai diwacanakan untuk dirobohkan karena akan digunakan untuk jalur MRT.

Stadion Lebak Bulus benar-benar dirobohkan pada 2015. Pemerintah DKI Jakarta kemudian menjanjikan Stadion BMW Jakarta yang berlokasi di Tanjung Priok di Jakarta Utara. Anies-Sandiaga waktu kampanye pilkada itulah menjanjikan terwujudnya Jakarta International Stadium sebagai markas Persija.

Ditagih
Orang bilang janji adalah utang dan janji itu benar-benar dicatat oleh warga DKI. Kemudian tepat setahun Anies memimpin, janji itupun ditagih.

Adalah mantan Ketua Umum The Jakmania Richard Achmad Supriyanto yang juga menyuarakan penagihan janji itu. Bagi dia pembangunan stadion baru bagi tim kebanggaan masyarakat ibu kota itu harus terus ditagih pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta khususnya pada gubernur.

Stadion bagi Persija dinilai penting karena klub yang lekat dengan kostum orange itu tidak memiliki stadion untuk menggelar pertandingan kandang di wilayah kota Jakarta. Itu terjadi sejak Stadion Lebak Bulus dirobohkan untuk pembangunan depo kereta MRT pada 2015.

Akibat ketiadaan stadion, Macan Kemayoran harus mengungsi beberapa kali ke luar kota untuk menghelat pertandingan kandangnya, meski beberapa kali bermain di Stadion Gelora Bung Karno Senayan Jakarta Pusat.

Sebelum Anies, sebenarnya Pemerintah Provinsi DKI juga pernah menjanjikan pembangunan stadion baru sebagai kandang Persija. Semula tunai janji itu diperkirakan mulai Oktober 2018.

Namun, sampai kini belum kelihatan tanda-tanda akan dibangun stadion. Padahal, menurut Richard, secara besaran anggaran APBD, DKI Jakarta seharusnya tidak sulit untuk membangun stadion baru bagi Persija.

Penagihan janji itu juga dikaitkan dengan pemenuhan sarana-prasarana olahraga sesuai Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional. Intinya perobohan Stadion Menteng dan Lebak Bulus hingga kini belum ada penggantinya.

Penagihan janji pembangunan stadion bagi Persija diharapkan jangan hanya dilakukan oleh klub dan pendukungnya saja, namun oleh seluruh warga Jakarta.
Bahkan juga perlu desakan DPRD karena mereka adalah bagian dari masyarakat dan tugasnya mewakili masyarakat.

Penyempurnaan Konsep
Meski tidak terlalu gencar penagihan janji saat pilkada, tampaknya Anies memiliki komitmen dan sensitivitas atas janjinya membangun stadion bagi Persija. Upaya memenuhi janji itu telah mulai dilakukan.

Lihat saja Pemprov DKI telah menunjuk PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk membangun stadion bertarap internasional tersebut di Taman Bersih Manusiawi dan Berwibawa (BMW) Jakarta Utara. Bahkan baru-baru ini, Jakpro minta suntikan dana berupa Penyertaan Modal Daerah (PMD) sebesar Rp3,148 triliun dalam APBD DKI 2019, Rp1,5 triliun di antara untuk stadion Persija.

Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda (Kadisorda) DKI Jakarta Ratiyono menyatakan pembangunan stadion baru bagi Persija masih dalam tahap penyempurnaan konsep. Pihaknya sedang mematangkan lagi supaya jadi bagus.

Ada penyempurnaan konsep supaya tidak ketinggalan dengan stadion lain. Kendati begitu dia belum bisa memastikan kapan pembangunan stadion tersebut akan dimulai.

Sekretaris Perusahaan Jakpro Hani Sumarno mengatakan penugasan pembangunan stadion BMW tersebut baru diserahkan oleh Pemprov DKI kepada Jakpro belum lama ini. Karena nilai pembangunannya yang tinggi, maka Jakpro meminta anggaran PMD kepada Pemprov DKI.

Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Perekonomian dan Keuangan DKI Jakarta Sri Haryati menuturkan penyerahan pembangunan Stadion BMW kepada Jakpro memiliki tujuan agar pembangunan itu bisa segera dilakukan.

Alasannya, akan memakan waktu lama jika itu dilakukan lewat Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). KPBU membutuh proses yang lebih panjang dan ada beberapa yang harus dilakukan. Karena itu diusulkan melalui Jakpro sebab mereka punya pengalaman membuat velodrome dan equistrian yang bertaraf internasional.

Dirut Jakpro Dwi Wahyu Daryoto dalam rapat bersama Komisi C DPRD DKI Jakarta beberapa waktu lalu menyampaikan pihaknya tengah menyusun studi kelayakan terkait pembangunan stadion tersebut.

Rencana pembangunan stadion bertarap internasional bagi Persija juga mendapat sorotan dari anggota DPD RI atau Senator DKI Jakarta Fahira Idris. Dia berharap pembangunan stadion internasional di Taman BMW segera menemui solusi agar pembangunannya bisa terus berjalan sehingga bisa selesai tepat waktu.

Hadirnya sebuah stadion bertaraf internasional dan dikelola secara profesional sudah menjadi kebutuhan Kota Jakarta, bukan buat gagah-gagahan tetapi sudah jadi kebutuhan.

Memang sudah saatnya warga Jakarta punya stadion bertaraf internasional yang dikelola secara profesional. Warga Jakarta harus mengawal komitmen kuat Gubernur Anies membangun stadion bagi warga dan klub kebanggaan itu.

Fahira optimistis, kemampuan dan pengalaman Jakarta yang berhasil membangun venue-venue olahraga bertaraf internasional bahkan menjadi salah satu yang terbaik di dunia seperti Jakarta Internasional Velodrome dan Equestrian Park Pulomas, menjadi modal kuat keberhasilan pembangunan Stadion BWM ini.

Jadi, bukan hanya stadion saja yang harus dibangun sesuai standar internasional, tetapi nanti pengelolaannya harus juga profesional dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan di luar olah raga. Misalnya, konser atau kegiatan kesenian, pameran atau festival lainnya sehingga stadion ini menghasilkan pemasukan bagi DKI.

Diharapkan semua jalan terbuka dan mimpi warga Jakarta punya stadion seperti warga di kota-kota lain yang lebih dulu punya stadion bisa terwujud.

Miris memang, tinggal di ibu kota, tetapi klub sepak bolanya tidak punya stadion.
Baca juga: Jakpro tak masalahkan kelanjutan proyek stadion Persija
Baca juga: Anies mohon dukungan untuk bangun stadion Persija

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018