Jakarta (ANTARA News)- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan melibatkan dunia usaha dalam kurikulumnya akan mengurangi jumlah pengangguran dari lulusan SMK.

"Kami yakin, dengan adanya revitalsasi ini maka pengangguran yang berasal dari lulusan SMK akan berkurang. Sekarang kan banyak, karena bukan produk revitalisasi," ujar Muhadjir dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Muhadjir yakin dalam lima tahun ke depan, maka dipastikan lulusan SMK dapat diserap dunia kerja. Salah satu upaya yang dilakukan, adalah dengan melibatkan dunia usaha dan dunia industri untuk terlibat dalam penyusunan kurikulum SMK.

Selama ini, permasalahan utama dari lulusan SMK adalah tidak adanya kesesuaian antara kebutuhan industri dengan tenaga kerja yang dihasilkan SMK. Permasalahan lainnya, adalah banyaknya SMK swasta, yang menghasilkan lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri.

"Dari sekitar 14.000 SMK, yang negeri hanya 3.500 SMK. Dulu, memang ada target agar rasio SMA dan SMK itu 60:40, makanya diberikan izin untuk SMK baru," jelas dia.

Baca juga: Kemendikbud bantu revitalisasi 219 SMK

Untuk SMK juga mengalami kendala guru, yakni banyaknya guru adaptif dibandingkan guru produktif. Salah satu upayanya adalah melalui program keahlian ganda. Mendikbud optimistis, dalam beberapa tahun ke depan revitalisasi SMK akan berhasil.

"Sekarang memang penyerapan lulusan SD dan SMP itu besar, tapi itu sebenarnya meyakitkan karena itu menunjukkan tenaga kerja yang terserap bukan berdasarkan keahlian, karena mereka bisa bekerja apa saja," tambah dia lagi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka tertinggi menurut pendidikan, berasal dari jenjang pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebesar 11,24 persen. Sementara tingkat pengangguran terendah sebesar 2,43 persen terdapat pada penduduk berpendidikan sekolah dasar (SD) ke bawah.

Baca juga: Mendikbud dukung Jakarta percontohan revitalisasi SMK
 

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018