semua ulama, habaib, kiyai, ustadz dan semua pimpinan ormas Islam diharapkan untuk mendinginkan suasana dan menenangkan masyarakat
Jakarta, (ANTARA News) - MUI dan ormas Islam diharapkan perannya untuk menenangkan masyarakat, terutama kaum Muslimin untuk tidak reaktif atas insiden pembakaran mirip bendera berkalimat tauhid oleh oknum ormas tertentu di Garut, Jawa Barat, kata seorang pejabat pemerintah.

Wali Kota Gorontalo Marten Taha di Jakarta, Rabu dini hari, mengatakan, ia mendapatkan informasi dari berbagai pihak terkait reaksi keras umat Islam di wilayahnya.

Sebagai kepala pemerintah daerah, dia berharap agar semua pihak menciptakan suasana kondusif. 

Baca juga: Wiranto gelar rakorsus bahas pembakaran Bendera Tauhid

Diakuinya, reaksi atas insiden pembakaran bendera tersebut juga merembet ke Kota Gorontalo.

Berkaitan dengan itu, dia membuat surat imbauan agar semua ulama, habaib, kiyai, ustadz dan semua pimpinan ormas Islam untuk mendinginkan suasana dan menenangkan masyarakat.

Dia juga mengimbau kepada aparat hukum mengambil langkah antisipatif sesuai koridor hukum agar ada kejelasan dalam insiden tersebut.

Marten menyatakan keprihatinannya atas insiden pembakaran mirip bendera yang memuat kalimat tauhid tersebut dan mendapat reaksi keras dari masyarakat Muslim, termasuk dari masyarakat Gorontalo.

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang bertujuan memperkeruh suasana.

Masyarakat juga diminta untuk mempercayakan proses hukum atas oknum pembakaran tersebut kepada aparat penegak hukum.
 

Sebelumnya, beredar video yang viral di media sosial di mana sejumlah remaja dewasa di Garut, Jawa Barat, berpakaian seragam ormas tertentu membakar selembar kain hitam yang diduga bertulisan kalimat tauhid.

Baca juga: Hidayat sebut pembakaran Bendera Tauhid jangan dilebih-lebihkan
Baca juga: MUI minta pembakar bendera bertulisan kalimat tauhid minta maaf
Baca juga: Polisi minta keterangan tiga saksi kasus pembakaran bendera

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018