Tapanuli Utara, Sumut (ANTARA News) - Jembatan yang menghubungkan dua desa, yakni Desa Siarangarang menuju Desa Pea Tolong, Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara yang terletak di bagian hulu Sungai Aek Situmandi, ambrol.

Hingga Selasa (22/5), ambrolnya jembatan belum mendapatkan penanganan evakuasi material, sehingga, struktur jembatan yang roboh hingga menyentuh permukaan sungai, nyaris terbawa arus sungai.

Dugaan sementara, robohnya jembatan terjadi akibat struktur fisik dan rangka yang kurang kokoh sehingga tidak mampu menahan hantaman air sungai.

Berdasarkan informasi dihimpun, jembatan itu sebelumnya dibangun Pemkab Tapanuli Utara dalam dua tahap, dimana pengerjaannya diawali pada tahun 2014, dan diselesaikan tahun 2016. Panjang jembatan sekitar 35 meter, dengan lebar 5 meter.

Pengerjaannya pada tahap pertama di 2014 disebut menelan sumber dana APBD, senilai Rp.1.614.800.000.

Lanjutan pembangunan tahap kedua pada 2016, yang juga bersumber dari dana APBD Taput juga menelan pembiayaan senilai Rp.999.800.000.

Meski baru setahun sejak perampungan pembangunannya, kondisi struktur fisik dan rangka jembatan yang kurang bermutu, diduga menjadi penyebab mendasar ambrolnya jembatan.

Namun, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tapanuli Utara, Anggiat Rajaguguk yang dikonfirmasi terpisah membantah bila robohnya jembatan tersebut disebabkan oleh struktur fisik dan kerangka jembatan yang kurang kokoh.

"Jembatan roboh akibat tertimpa material longsor berupa bebatuan, pohon, dan tanah yang meluncur dari tebing jembatan, yang diduga akibat aktivitas tambang batu di sekitar perbukitan," ujarnya.

Ia mengatakan saat ini pihaknya sudah melaporkan kondisi robohnya jembatan tersebut kepada bupati untuk selanjutnya dilakukan proses program untuk perbaikan dan pembangunan jembatan tersebut.

"Kondisi jembatan sudah dilaporkan ke bupati dan sudah kita tinjau, untuk kemudian diprogramkan rencana pembangunan kembali jembatan" katanya.

Pewarta: Juraidi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018