Makassar (ANTARA News) - Wartawan senior Nur Alim Djalil mengatakan jika dunia pers menghadapi saat ini begitu banyak tantangan yang pada akhirnya menempatkan posisi jurnalis sebagai profesi yang paling tidak dipercaya.

"Profesi yang paling tidak dipercaya di Inggris menurut sebuah survei adalah jurnalis, yang menempati posisi ke enam terbawah, dari total 46 profesi yang disurvei. Sementara di Amerika Serikat menempatknnya dalam tiga terbawah," kata Nur Alim Djalil pada dialog bertema "Pers Mainstream dan Pers Mahasiswa" di Universitas Fajar Makassar, Selasa.

Dalam diskusi yang merupakan rangkaian acara "Extreme Mind Festifalse" tersebut, dirinya mengakui jika masalah-masalah tersebut terutama dari internal lembaga media itu sendiri.

Masalah lainnya, menurut dia, yakni wartawan saat ini disebut bukan lagi tipe pemburu berita. Para wartawan sekarang tidak lagi menggali dan mencari informasi secara seharusnya.

"Pers berita kini berada dalam kondisi pasif yang lebih banyak menunggu berita,"ujarnya.

Baca juga: AJI menyoroti profesionalisme pers

Baca juga: PWI ingatkan tugas pers luruskan berita hoaks

Baca juga: PWI : Aparat harus bertindak bila pers mengancam

Baca juga: Dewan Pers kritik pegawai negeri jadi wartawan


Melihat situasi tersebut, menurut Nur Alim Djalil, pers mahasiswa menjadi alternatif yang menjadi garda terdepan untuk membendung penyimpangan yang dilakukan pers arus utama saat ini.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pers Mahasiswa (PPMI) Nasional, Irwan Sakkir yang mewakili Pers Mahasiswa (Persma) juga menyampaikan masalah-masalah yang mereka hadapi.

"Pers mahasiswa mengalami kebingungan. Secara kode etik, Persma dan Pers Mainstream itu sama. Tapi persma tidak memiliki ruang yang sama, sebab Persma dianggap sekadar sebagai ruang pembelajaran," jelas Irwan.

Tidak hanya itu, menurut Irwan, Persma seringkali dituding lebih banyak menyoroti isu isu yang tidak penting, yang hanya mengakibatkan konflik pada beberapa pihak.

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018