Mamuju (ANTARA News) - Korban banjir bandang di Mamuju Provinsi Sulawesi Barat terpaksa membuat tenda darurat sendiri akibat menolak ditampung di posko pengungsian yang telah disiapkan pemerintah setempat.

Salah seorang korban banjir bandang Kasmadi, ditemui di Polres Mamuju, Senin mengaku, ia bersama para korban lainnya menolak ditampung di posko banjir bandang yang berada di gedung PKK Mamuju karena dilecehkan oleh oknum anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

"Kami tidak bersedia ditampung di gedung PKK Mamuju karena tersinggung dan merasa dihina oleh oknum petugas BPBD," kata Kasmadi.

Pasca banjir bandang yang menerjang wilayah Kabupaten Kamuju pada Kamis pagi (22/3), Kasmadi bersama isti dan anaknya bersama ratusan warga korban banjir bandang sempat ditampung di Mapolres Mamuju.

Kemudian, pada Minggu pagi (25/3) para korban banjir bandang yang berjumlah 156 orang itu akhirnya dipindahkan ke posko pengungsian di gedung PKK Kabupaten Mamuju.

Namun, pada Minggu sore, warga korban banjir bandang itu secara berbondong-bondong meninggalkan posko pengungsian di gedung PKK Mamuju karena merasa tersinggung oleh kata-kata dan perlakuan yang tidak layak dari oknum petugas BPBD.

Warga korban banjir itu kemudian membuat tenda-tenda darurat di sekitar rumah mereka yang roboh akibat diterjang banjir bandang pada Kamis pagi (22/3).

Dalam satu tenda darurat yang terbuat dari bahan seadanya itu ditempati oleh beberapa keluarga dan kondisi mereka semakin memprihatinkan ketika pada Minggu malam (25/3) hingga Senin dinihari wilayah Kabupaten Mamuju terus diguyur hujan.

Pada Senin pagi, setelah dibujuk pihak kepolisian akhirnya para korban banjir bandang bersedia kembali ke pengungsian, tetapi bukan di posko gedung PKK Mamuju.

"Kami awalnya menolak tetapi setelah dibujuk kami akhirnya bersedia pindah lagi tetapi di polres dan bukan di gedung PKK. Kami merasa terhina dan sakit hati oleh perkataan oknum anggota BPBD itu. Walaupun kami miskin dan tertimpa musibah tetapi tidak selayaknya diperlakukan seperti itu," kata korban banjir bandang Mamuju lainnya, Umar.

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Mamuju Hamdhan Malik saat dihubungi mengatakan, penanganan korban banjir bandang masih terus dilakukan.

Ia mengatakan, saat ini korban banjir berada di satu titik posko pengungsian yakni di Polres Mamuju.

Namun, ketika ditanya jumlah korban yang mengungsi maupun warga yang terdampak bencana banjir bandang itu, Hamdhan Malik mengaku tidak mengetahui secara pasti.

"Kalau masa tanggap darurat itu berlangsung selama 7 hari dan berakhir pada 28 Maret 2018. Penanganan terhadap korban masih kami lakukan tetapi saat ini hanya tinggal di satu titik yakni Polres Mamuju, Jumlahnya belum saya tahu tapi tadi malam sampai 100 orang. Kalau korban terdampak tidak nanti saya kabari lagi," tutur Hamdhan Malik.

Pewarta: Amirullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018