Phnom Penh, Kamboja (ANTARA News) - Kamboja melaporkan 45.991 kasus malaria pada 2017, di mana angka tersebut meningkat 95 persen dari 23.627 kasus pada tahun sebelumnya, seorang pejabat kesehatan senior mengatakan.

Huy Rekol, direktur Pusat Nasional untuk Parasitologi, Entomologi dan Pengendalian Malaria Kamboja, mengatakan, penyakit itu menewaskan satu orang pada 2017, sama dengan 2016.

Dia menghubungkan peningkatan kasus malaria tahun lalu yang luar biasa dengan perubahan iklim dan jatuhnya tanggal kadaluarsa kelambu insektisida.

"Tahun lalu, cuaca telah berubah dengan musim hujan yang berkepanjangan, yang kondusif bagi pembiakan nyamuk," Huy Rekol mengatakan kepada Xinhua.

"Faktor lainnya adalah kelambu insektisida, yang telah didistribusikan ke orang-orang yang tinggal di daerah rawan malaria, telah kehilangan efisiensinya setelah digunakan selama tiga tahun," tambahnya.

Menurut Rekol, negara Asia Tenggara itu berencana untuk mendistribusikan sekitar 1,6 juta kelambu yang diobati dengan insektisida ke kelompok rentan masyarakat tahun ini.

Malaria adalah penyakit yang ditularkan nyamuk, yang sering ditemukan di musim hujan dan kebanyakan terjadi di provinsi-provinsi hutan dan pegunungan.

Untuk mencegah penyakit ini, orang-orang yang tinggal di daerah rawan malaria perlu tidur di bawah kelambu yang diberi insektisida setiap saat.

Pada 2016, Kamboja meluncurkan 142 juta dolar AS, dalam rencana lima tahun untuk menghapuskan kematian akibat malaria pada 2020 dan menetapkan target untuk menghapus semua kasus malaria pada 2025. Demikian Xinhua.

Penerjemah: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018