Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tidak dimintai mahar saat mengusulkan Anies Baswedan sebagai calon gubernur DKI kepada Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto.

"Pengalaman saya waktu mengusulkan Anies Baswedan ke Pak Prabowo langsung saja diterima, tanpa syarat-sayrat. Tidak ada (mahar politik)," kata JK di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa.

Terkait isu permintaan mahar politik dari partai politik kepada bakal calon kepala daerah, Wapres mengatakan hal itu berimbas pada tingginya biaya ekonomi di daerah tersebut.

"Itu memang lanjutannya ialah untuk ongkos menjadi bupati, wali kota, gubernur itu punya mahar, sehingga menyebabkan proses ekonomi, izin di daerah menjadi dibebankan di situ, sehingga terjadilah politik berbiaya tinggi," jelas Wapres.

Isu mahar politik, yang diminta oleh pimpinan partai politik kepada bakal calon kepala daerah, mencuat setelah Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mattalitti mengaku diminta dana oleh Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto.

La Nyalla mengaku dimintai uang hingga Rp40 miliar sebagai bentuk "mahar" bila dirinya ingin maju dalam pemilihan gubernur Jawa Timur.

Terkait akan hal itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI mengirimkan surat pemanggilan kepada La Nyalla untuk menjelaskan kronologi politik uang tersebut.

"Bawaslu Jatim sudah melayangkan surat ke Pak La Nyalla, kemarin suratnya sudah ada. Maka dari itu kami minta kepada Bawaslu Jawa Timur untuk menindaklanjutinya dengan memanggil yang bersangkutan," kata Anggota Bawaslu Rahmat Bagja.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018