Dua varietas baru padi Green Super Rice (GSR) yakni Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR, yang diluncurkan Menteri Pertanian pada pertengahan bulan Agustus, saat ini sudah menyebar ditanam petani dan berkembang di beberapa wilayah.

GSR merupakan varietas padi yang dirancang untuk memiliki daya hasil tinggi, baik pada kondisi optimum maupun sub optimum.

Dalam kondisi sub optimum, varietas padi ini dapat berproduksi tinggi, jika ditanam di lingkungan yang lebih optimum dipastikan hasilnya akan lebih tinggi. 

Karakteristik kedua varietas tersebut diyakini banyak disukai petani karena hampir sama dengan varietas Ciherang yang banyak ditanam petani. 

Pemulia padi Dr. Untung Susanto dalam bincang-bincangnya manyampaikan tentang keunggulan-keunggulan kedua varietas GSR.

“Varietas padi ini memiliki rasa nasi pulen yang merupakan preferensi mayoritas penduduk Indonesia, memiliki randemen beras yang tinggi, serta butir kapur yang rendah, umur sekitar 111 hari setara Ciherang dengan malai relatif lebat dan posisi malai di tengah daun bendera, sehingga terhindar dari serangan burung”, ungkap Untung.

Ia berharap varietas ini dapat mengatasi kendala-kendala yang muncul akibat perubahan iklim global dewasa ini. Dengan menanam varietas tersebut, peluang gagal panen akibat serangan hama dan penyakit, kekeringan, dan cekaman yang lain kemungkinan kecil terjadi. 

Ia menambahkan bahwa minat petani untuk menanam kedua varietas tersebut terus meluas dan diharapkan kedua varietas tersebut mampu mengatasi serangan wereng batang coklat di daerah-daerah endemik yang lain. 

Pada MK 2017,  varietas tersebut ditanam di beberapa daerah seperti Banten, Karawang, Indramayu, Cilacap, Banyumas, Kebumen dan beberapa wilayah lain di luar pulau jawa. Dari hasil pengamatan di lapangan, kedua varietas tersebut tahan secara menonjol terhadap serangan wereng batang coklat koloni lapang.

Varietas Inpari 42 Agritan GSR memiliki umur  sekitar 112 hari setelah semai, potensi hasil 10,58 t/ha t/ha, jumlah gabah isi per malai sebesar 123 butir, rasa pulen. Warna beras putih dengan persentasi beras kapur yang rendah. Randemen beras giling varietas ini cukup tinggi, yaitu 69,44 %, sehingga tonase di lahan diharapkan diikuti dengan tingginya tonase beras yang dihasilkan.I

Inpari 42 Agritan GSR bersifat agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan hawar daun bakteri strain III, tahan blas daun ras 073, agak tahan blas daun ras 033.  

Sedangkan untuk Inpari 43 Agritan GSR memiliki umur sekitar 111 hari setelah semai, potensi hasil 9,02 t/ha, rasa pulen. Jumlah gabah isi per malai sebesar 108 butir, berasnya berwarna putih dengan persentasi beras kapur yang rendah. Randemen beras giling varietas ini cukup tinggi, yaitu 70,09 %, sehingga tonase di lahan diharapkan diikuti dengan tingginya tonase beras yang dihasilkan.I

Inpari 43 Agritan GSR bersifat tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, agak tahan terhadap hawar daun strain IV dan VIII, tahan terhadap blas daun ras 073 dan 133, dan agak tahan blas daun ras 033.  

Dr. Ismail Wahab selaku Kepala BB Padi mengatakan, "Delivery teknologi berupa varietas ke lahan petani adalah melalui benih. Sebaik apapun suatu varietas, jika tidak tersedia benihnya di pasaran, maka kemanfaatannya tidak akan pernah diperoleh."

Ia menambahkan bahwa Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR, produksi benih penjenis (Breeder Seed, label kuning) dan benih dasar (Foundation Seed, label label putih) telah dilakukan di UPBS (Unit Produksi Benih Sumber) BB Padi. Para produsen benih di beberapa daerah telah dan sedang memproduksi benih dasar dan benih pokok (Stock Seed, label ungu). Oleh karena itu, diharapkan benih kedua varietas tersebut terus diperbanyak dan petani mudah mendapatkannya.

Benih sumber varietas Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR telah diprodukdi di UPBS (Unit Produksi Benihi Sumber) BB Padi dan didistibusikan kepada pihak-pihak terkait, seperti UPBS BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), serta produsen benih.

Hingga saat ini UPBS BB Padi telah mendistribusikan benih kedua varietas tersebut keseluruh Provinsi di Indonesia. Sebanyak 679 kg kelas benih BS, 1.095 kg kelas benih FS, dan 7.792 kg kelas benih SS. 

Diharapkan hadirnya varietas GSR ini dapat turut menjaga ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas padi. Pada gilirannya kesejahteraan petani diharapkan dapat pula turut terangkat. 

Petani menjadi faktor kunci pemilihan teknologi terbaik untuk lahan pertaniannya, dan diharapkan teknologi-teknologi tersebut semakin mudah tersedia untuk para petani kita, pejuang ketahanan pangan nasional Indonesia. (Shr/MN)

Pewarta: System
Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2017