Tak peduli orang lain mau bilang apa karena ini juga demi Islam."
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa NU tidak akan surut memerangi radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama Islam.

"Tak peduli orang lain mau bilang apa karena ini juga demi Islam," kata Said Aqil saat konferensi pers menjelang pelaksanaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Kantor PBNU, Jakarta, Senin.

Munas Alim Ulama dan Konbes NU digelar di Nusa Tenggara Barat tanggal 23-25 November dengan tema Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga. Presiden Joko Widodo dijadwalkan membuka forum permusyawaratan setingkat di bawah muktamar itu.

Menurut Said Aqil, NU bersemangat memerangi radikalisme terorisme yang mengatasnamakan agama Islam karena justru mencoreng wajah Islam sendiri.

"Di Al Quran itu disebutkan tidak ada yang paling jahat melebihi orang yang melakukan kejahatan atas nama Tuhan atau Islam. Itu paling jahat," katanya.

Bahkan, lanjut dia, Nabi Muhammad SAW telah memprediksi bakal munculnya orang-orang yang membaca Al Quran, tetapi tidak paham substansinya sehingga mereka melakukan tindakan yang mereka anggap sesuai tuntunan Islam, padahal sebaliknya.

Ia pun kembali mencontohkan pelaku pembunuhan terhadap khalifah yang juga menantu Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, yang menyebut tindakannya itu juga demi Islam.

Jadi, kata Said Aqil, radikalisme terorisme sama sekali bukan ajaran Islam, justru bertentangan dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW.

Menurut dia, Islam moderat, Islam Nusantara, Islam yang ramah yang selama ini dipraktikkan umat Islam Indonesia itulah wajah Islam yang sebenarnya.

"Arab sendiri kini ingin seperti Indonesia. Saya diundang ceramah tentang Islam Nusantara di Al Azhar Mesir dan di hadapan raja Maroko," katanya.

Tapi, anehnya, kata dia, justru orang-orang Indonesia yang beberapa tahun belajar di Arab, pulang ke Tanah Air bersikap dan bertingkah lebih Arab daripada orang Arab itu sendiri.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017