Victoria (ANTARA News) - Seychelles hari Jumat mengundang Beijing membangun sebuah pangkalan militer di negara kepulauan itu untuk memperkuat upaya penumpasan perompakan di sana, kata Menteri Luar Negeri Jean-Paul Adam.

Permintaan itu disampaikan ketika Liang Guanglie melakukan lawatan pertama sebagai seorang menteri pertahanan China ke negara di Lautan India tersebut, lapor AFP.

"Kami mengundang pemerintah China membangun sebuah pangkalan militer di Mahe untuk memerangi serangan perompak yang terus dihadapi Seychelles," kata Adam.

"Saat ini China mengkaji kemungkinan itu karena negara tersebut memiliki kepentingan ekonomi di kawasan ini dan Beijing juga terlibat dalam perang melawan perompakan," katanya.

Jendral Liang, yang tiba di Victoria pada Kamis dengan rombongan 40 orang, diundang datang oleh Presiden Seychelles James Michel, ketika ia mengunjungi China.

Kedua negara itu menandatangani sebuah perjanjian kerja sama militer pada 2004 yang memungkinkan sekitar 50 prajurit Seychelles dilatih di China. Mereka memperbarui perjanjian itu Jumat namun tidak mengumumkan rinciannya.

Jika China setuju membangun pangkalan militer tersebut, "maka itu bukan kehadiran militer asing pertama di sini (Seychelles) karena AS sudah memiliki sebuah pangkalan kecil pesawat tak berawak yang mereka gunakan untuk memerangi perompakan", kata Adam.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.

Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan maritim di kawasan itu, sedikitnya 47 kapal asing dan lebih dari 500 pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.

Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011