sehingga harus diwaspadai, karena dapat mengganggu aktivitas di laut maupun di darat
Kupang (ANTARA News) - Angin kencang dengan kecepatan 30 km perjam masih berpotensi terjadi sejumlah wilayah perairan di Nusa Tenggara Timur, sehingga perlu diwaspadai oleh para navigasi penyeberangan dan para nelayan yang beraktivitas di laut.

Kepala Stasiun Klimatologi Klas II Lasiana Kupang, Ir Purwanto, di Kupang, Minggu, mengatakan, potensi angin kencang masih terjadi diakibatkan tekanan udara di utara Australia yang tinggi, sehingga pergerakan angin dari arah timur ke barat cukup sangat dirasakan.

"Selain pergerakan gelombang tinggi, terjadinya kebakaran dan jatuhnya pohon, cuaca seperti ini dirasakan langsung manusia pada malam hari dimana udaranya terasa dingin pada wilayah-wilayah tertentu termasuk Kota Kupang," katanya.

Cuaca yang dingin pada pekan sebelumnya hingga kini juga diakibatkan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 10-25 km/jam itu juga memicu temparatur udara pada sejumlah daerah berada pada 17-25 derajad Celcius dan pada daerah tertentu antara 23-31 derajad Celcius, bahkan berdampak pula terhadap kelembaban minimal 65-98 persen, sehingga terasa sangat dingin.

Ia mengatakan hingga kini kondisi angin ini juga masih dominan bertiup dari arah timur dan tenggara dengan kecepatan rata-rata 10 hingga 30 km perjam.

Bahkan katanya kondisi ini bisa meningkat di atas 30 km perjam, sehingga harus diwaspadai, karena dapat mengganggu aktivitas di laut maupun di darat.

Menurut dia, angin yang bertiup kencang itu, tidak mengandung uap air, sehingga kecil sekali terjadi hujan seperti sebelumnya.

Dia mengatakan sejak Mei 2011, sebagian besar daerah di NTT sudah masuk musim kemarau, namun tidak dapat dipungkiri hujan sporadis terus terjadi karena masih menghangatnya suhu muka laut di perairan NTT, dengan anomali diatas 0,5 derajat Celcius dari normalnya.

"Dengan menghangatnya suhu muka laut di perairan NTT, memicu terjadi penguapan air laut yang cukup besar, untuk terbentuk awan dan selanjutnya terjadi hujan," katanya.

Dengan demikian, katanya, pada musim kemarau pun bisa terjadi hujan, namum intensitas akumulasi tidak digolongkan sebagai musim hujan. ***4***



Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011